Kolom Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum: Merajut Silaturahmi dan Menebar Kebaikan Untuk Umat Sepanjang Hayat
Kolom Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum
Merajut Silaturahmi dan Menebar Kebaikan Untuk Umat Sepanjang Hayat
Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa
"Kawan, hidup sekali dan mati sekali maka harus terus merajut silaturahmi untuk menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat"
Manusia hidup di dunia tidak sendirian tetapi memiliki keluarga, teman, saudara, dan juga sahabat di berbagai wilayah Indonesia dan bahkan dunia. Komitmen untuk membangun kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial harus menjadi dasar untuk merajut silaturahmi dan menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat. Manusia memiliki bahasa untuk mengomunikasikan secara langsung maupun tidak langsung, dengan bahasa verbal dan nonverbal. Hal inilah yang menjadi komitmen bersama untuk dapat memberikan ruang kebermanfaatan untuk kemaslahatan umat di seluruh pelosok NKRI sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing sepanjang masa.
Bulan syawal saat ini sebagai bulan peningkatan bagi seluruh umat Islam yang memeringatinya setelah menjalani proses penggodokkan pada kawah candradimuka selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadhan. Sebulan penuh seluruh umat Islam yang menjalani puasa pada bulan Ramadhan tentunya telah dapat merasakan proses 5M: mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan diri, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti semua proes hidup dan kehidupan secara berkelanjutan berbasis nilai-bilai religiusitas selama bulan Ramadhan. Proses peningkatan kualitas diri secara religi selama satu bulan yang telah dilalui diharapkan dapat menjadi media untuk evaluasi diri secara penuh dan berkelanjutan untuk dapat memperoleh ruang pengembangan diri dan kebermanfaatan pada bulan syawal sebagai bulan peningkatan. Hal ini sebagai bentuk dan wujud nyata bahwa manusia memiliki dua dimensi yang harus dipenuhi, yakni dimensi vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dimensi horisontal kepada sesama manusia.
Kedua dimensi tersebut dapat dipenuhi dan dilaksanakan oleh masing-masing manusia dengan sepenuh hati melalui kewajiban nyata, yaitu mengakui bahwa ada kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan manusia dan dunia beserta isinya. Dengan kesadaran tersebut berarti mansuia akan terus belajar dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) sehingga dapat menyadari bahwa dirinya sebagai da’i dan da’iah yang diturunkan ke bumi ini memiliki kewajiban untuk menjadi contoh dan teladan yang baik bagi dirinya sendiri dan bagi sesama umat manusia di muka bumi. Komitmen untuk terus berusaha menyadari bahwa dirinya bukanlah manusia sempurna tetapi memiliki banyak kesalahan dan kekurangan maka harus berusaha untuk memperbaiki diri agar dapat meningkatkan kualitas diri agar menjadi lebih baik dan dapat menjadi contoh dan teladan bagi manusia lainnya di muka bumi. Dengan demikian, setiap aktivitas yang dilaksanakan akan dapat berdampak baik untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat.
Komitmen untuk merajut silaturahmi dan menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut: (1) merajut silaturahmi dan mohon maaf lahir dan batin kepada kedua orang tua. Hal ini penting diutamakan dan didahulukan karena ampunan dan ridho Tuhan Yang Maha Esa itu bergantung kepada ridho kedua orang tua. Komitmen diri untuk terus merajut silaturahmi dan menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat harus dimulai dengan merajut silaturahmi kepada kedua orang tua, suami, istri, saudara terdekat, keluarga dekat, dan sanak saudara terdekat, teman, sahabat, kolegial, dan seterusnya. Komitmen inilah yang akan dapat mengantarkan upaya manusia dapat menaikkan derajatnya sebagai makhluk sosial yang memiliki nilai keteladanan dan kebermanfaatan bagi umat sepanjang hayat. (2) Berbagi sedekah kepada kedua orang tua, suami, istri, keluarga, teman, sahabat, dan masyarakat sebagai amal jariah. Nilai-nilai keteladanan diri untuk menebar kebaikan harus dilatih dan diwujudkan secara nyata dengan berbagi sedekah kepada kedua orang tua,suami, istri, keluarga, dan masyarakat luas. Dengan berbagi sedekah apa saja, dapat berwujud harta benda, sikap untuk menolong, senyuman, dan juga doa yang diberikan kepada kedua orang tua, suami, istri, keluarga, saudara, teman, sahabat, dan masyarakat akan menjadi nilai kebaikan yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat.
Komitmen untuk merajut silaturahmi dan berbagi di atas dapat dilengkapi dengan langkah yang ke-3 yaitu (3) merajut kemitraan dengan sepenuh hati atas dasar kebaikan dan kemaslahatan untuk umat sepanjng hayat. Kemitraan yang dibangun atas dasar niat tulus ikhlas untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat tentu akan dapat menjadi contoh yang terbaik bagi umat di sekelilingnya. (4) Menyebarkan virus-virus kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat. Langkah ini menjadi upaya nilai keberlanjutan yang dapat disebarluaskan kepada keluarga, saudara, teman, sahabat, dan masyarakat luas. Hal ini sebagai wujud implementasi dan keteladanan sosial yang dapat disebarluaskan dan diturunkan kepada multigenerasi NKRI. Dengan demikian akan menjadi virus-virus positif bagi seluruh umat manusia. Wujud nyata yang dapat dilakukan antara lain dengan berbagi sedekah kepada ayah, ibu, suami, istri, keluarga, saudara, teman, sahabat, dan masyarakat luas sebagai wujud keteladanan amal jariah yang memiliki nilai kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat. (5) Berdoa dan bertawakal kepada-Nya. Upaya untuk terus meningkatkan kualitas diri dengan merajut silaturahmi dan menebar kebaikan tersebut harus terus disandarkan dengan doa tulus dan diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sebagai perwujudan komitmen dan integritas sepenuh hati bahwa hidup sekali dan mati sekali hanya atas izin dan kehendak-Nya. Dengan demikian, rasa ikhlas akan terbentuk dan semua aktivitas hanya untuk-Nya sepanjang masa.
Semua rangkaian kebaikan yang ditebarkan melalui 5 rajutan di atas, di harapkan dapat menjadi perwujudan nyata setelah mengikuti pendidikan religiusitas selama satu bulan pada kawah candradimuka pada bulan Ramadhan sehingga hasilnya tampak nyata kenaikan kelas pada bulan syawal dan sebelas bulan selanjutnya selama satu tahun. Akhirnya upaya diri untuk terus berusaha menjadi teladan dan contoh yang baik dengan merajut silaturahmi dan menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat akan dapat terwujud secara bertahap dan berkelanjutan. Kesadaran diri bahwa setiap manusia pernah berbuat salah, memilki kekurangan, dan tidak ada yang sempurna maka harus dilakukan perbaikan secara bertahap dan terus-menerus agar menjadi lebih baik baik, dan terbaik sebagai teladan dan contoh bagi diri, keluarga, dan masyarakat luas.
Masih dalam bulan syawal marilah berusaha untuk memberikan maaf dan memohon maaf kepada kedua orang tua, suami, istri, saudara, sahabat, teman, dan seluruh masyarakat luas. Hal ini sebagai wujud peningkatan diri sebagai makhluk sosial yang telah memiliki peningkatan nilai religiusitas yang lebih baik dan keteladanan sebagai wujud rajutan silaturahmi dan upaya untuk terus menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat. Jangan pernah menyimpan rasa iri, dengki, dendam, fitnah, ego diri, dan segala rasa yang tidak baik dalam hati baik yang tampak maupun tidak tampak oleh manusia, maafkanlah, maafkanlah, dan maafkanlah sepenuh hati. Tuhan Yang Maha Esa saja selalu memberikan ampunan dan maaf-Nya untuk seluruh hamba-hamba-Nya di muka bumi yang berbuat salah apalagi kita sebagai manusia biasa tentu harus dapat memaafkan dan memohon maaf atas segala salah dan khilaf yang telah diperbuatnya. Sebagai penutup, hanya dapat dungkapkan dengan kalimat “Mohon maaf lahir batin, semoga kita semua selalu sehat, sukses,maslahat, bahagia dunia akhirat, dan berkah hidupnya.” Sampai jumpa dalam waktu dan gelombang yang berbeda tetapi tetap dengan semangat bersilaturahmi dan menebar kebaikan untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat yang sama.
“Keheningan jiwa kala senja mulai menuju ke peraduannya akan menjadi ruang-ruang hampa untuk merindukannya tanpa kata dan sua sepanjang masa ”
Istana Arfuzh Ratulisa, 7 April 2025