News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

PTI UMS Hadirkan Pakar Jerman, Bahas Transformasi Pendidikan Global

PTI UMS Hadirkan Pakar Jerman, Bahas Transformasi Pendidikan Global

 PTI UMS Hadirkan Pakar Jerman, Bahas Transformasi Pendidikan Global

Dosen PTI UMS, Dias Aziz Pramudita, S.Pd., M.Sc sekaligus moderator International Lecturer Series

ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)

SURAKARTA – Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar International Lecture Series, sebuah kegiatan tahunan yang menghadirkan narasumber dari berbagai negara. Tahun ini, seri perkuliahan internasional tersebut menghadirkan narasumber Mattis Altmann, Ph.D seorang peneliti di TU Dresden, Jerman, yang menjangkau kawasan Eropa setelah sebelumnya lebih banyak berfokus pada Asia.

(bisa juga dibaca di link web: news.ums.ac.id)

Moderator acara, sekaligus dosen PTI UMS, Dias Aziz Pramudita, S.Pd., M.Cs., menyampaikan bahwa sesi perdana dalam perkuliahan internasional ini mengangkat topik tentang kurikulum dan pembelajaran di berbagai negara, khususnya di Jerman. Menurutnya, sistem pendidikan di Jerman yang dikenal dengan dual system menjadi kiblat bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

“Dual system ini diterapkan dalam pendidikan vokasional, atau di Indonesia dikenal sebagai SMK. Model ini memungkinkan siswa untuk menghabiskan dua setengah hingga empat tahun di industri selama masa studinya. Sementara di Indonesia, durasi magang bagi siswa SMK rata-rata hanya enam bulan hingga satu tahun,” ujar Dias, Selasa (11/3).


Pemaparan Materi dari Narasumber, Mattie Altmann, seorang peneliti dari TU Dresden Jerman

Ia juga menyoroti antusiasme mahasiswa dalam mengikuti diskusi ini, terutama karena tren migrasi tenaga kerja ke luar negeri, termasuk ke Eropa, yang semakin meningkat.

“Banyak mahasiswa yang ingin mengetahui lebih jauh bagaimana sistem pendidikan di luar negeri, khususnya di Eropa,” tambahnya.

Dalam sesi diskusi, Dias juga mengangkat perbedaan prioritas kebijakan pendidikan antara Indonesia dan negara-negara maju. Ia menyebutkan bahwa di Jerman, pendidikan mendapat perhatian utama dari pemerintah, berbeda dengan Indonesia yang saat ini masih menghadapi tantangan dalam menjadikannya prioritas nasional.

“Sistem pendidikan di sana sangat menekankan pembentukan karakter sejak dini, mulai dari tingkat kindergarten hingga primary school. Mereka tidak langsung diarahkan pada kemampuan teknis seperti membaca, menulis, atau berhitung, tetapi lebih pada aspek moral dan kebiasaan baik, seperti antri, disiplin, dan menjaga kebersihan lingkungan,” jelasnya.

Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam mengadopsi sistem pendidikan Jerman di Indonesia adalah populasi yang jauh lebih besar dan keterbatasan lapangan kerja bagi lulusan pendidikan vokasional.

“Jumlah perusahaan yang bisa menampung siswa magang masih sangat terbatas, berbeda dengan di Jerman yang justru membutuhkan banyak tenaga kerja karena sedang mengalami krisis populasi,” paparnya.

Selain dual system, diskusi juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter dan digitalisasi dalam sistem pendidikan. Dias mencontohkan bagaimana budaya disiplin dan ketertiban di negara-negara maju seperti Jerman bukan sekadar hasil kebijakan, tetapi juga pembiasaan sejak kecil.

“Di sini, orang sudah terbiasa untuk tertib di lampu merah, tidak menyerobot antrean, dan membuang sampah pada tempatnya. Hal-hal kecil seperti ini yang membentuk kualitas SDM mereka,” ujarnya.

Sementara dalam aspek digitalisasi, ia menilai bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju. 

“Ketika AI mulai berkembang, regulasi di negara maju langsung mengikuti. Sementara di Indonesia, regulasi terkait AI di dunia pendidikan masih belum jelas. Infrastruktur digital pun belum merata,” katanya.

Menanggapi kondisi ini, Dias memberikan saran kepada mahasiswa agar lebih proaktif dalam meningkatkan keterampilan dan wawasan global.

“Jangan terlalu nyaman dengan kebiasaan yang tidak produktif. Kurangi nongkrong yang tidak berfaedah, mabar, dan lain sebagainya. Fokuslah pada pengembangan keterampilan dan portofolio diri,” pesannya.

Ia juga menyebutkan bahwa peluang untuk bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri terbuka lebar, terutama bagi mereka yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi, fisika, atau tenaga kesehatan. 

“Jika memang ingin bertahan di Indonesia, pastikan Anda memiliki keterampilan yang kompetitif. Jika tidak, jangan ragu untuk mencari peluang di luar negeri,” tambahnya.

International Lecture Series ini tidak berhenti pada satu sesi saja. Dias mengungkapkan bahwa seri berikutnya akan membahas topik yang lebih teknis, salah satunya tentang pengembangan educational games.

“Kami ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menghadirkan pakar dari Jerman yang bisa berbagi wawasan dengan mahasiswa. Topik ini juga relevan dengan mata kuliah di PTI UMS yang berkaitan dengan pengembangan game edukasi,” pungkasnya.

Dengan adanya International Lecture Series ini, lanjutnya, PTI UMS terus berupaya memberikan wawasan global kepada mahasiswa serta membuka peluang diskusi yang dapat memperkaya pemahaman mereka terhadap sistem pendidikan dunia. (Fika/Humas)

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.