KKN Kelompok 104 UNS Inisiasi TBS untuk Pengendalian Hama Tikus di Desa Krajan, Sukoharjo
KKN Kelompok 104 UNS Inisiasi TBS untuk Pengendalian Hama Tikus di Desa Krajan, Sukoharjo
TBS merupakan metode yang memanfaatkan pagar plastik setinggi 50 cm yang dipasang mengelilingi area kecil di lahan pertanian. Pada beberapa bagian bawah pagar, dibuat lubang kecil yang dilengkapi perangkap tikus. Sistem ini bekerja dengan mengarahkan tikus masuk ke perangkap, sehingga populasi hama dapat dikendalikan tanpa menggunakan bahan kimia.
“Penggunaan plastik bertujuan supaya tikus tidak dapat memanjat memasuki lahan pertanian. Pada beberapa bagian bawah pagar plastik dilubangi, lalu diberi bubu perangkap tikus pada lubang tersebut. Tikus yang masuk ke dalam pagar akan diarahkan ke perangkap tersebut. Setelah masuk perangkap, tikus tidak bisa keluar, sehingga bisa dikendalikan atau dimusnahkan,” jelas Harris Abdul Hafidz, mahasiswa Program Studi (Prodi) Agroteknologi yang tergabung dalam tim.
Keberjalanan program TBS tidak terlepas dari peran serta aktif kelompok tani. Para petani bekerja sama dalam pemasangan, pemantauan, dan pemeliharaan perangkap secara berkala. Partisipasi masyarakat juga sangat mendukung pelaksanaan program ini. “Gotong royong menjadi kunci keberhasilan TBS. Petani bersama perangkat desa saling membantu, mulai dari menyediakan bahan hingga memastikan sistem berfungsi optimal,” ungkap Harris.
Namun, penerapan TBS juga menghadapi tantangan, seperti kesulitan pemasangan pada lahan dengan kontur tidak rata dan struktur tanah keras. Selain itu, kurangnya pengalaman petani dalam teknik pemasangan yang benar kadang menyebabkan pagar tidak kokoh atau kurang efektif. Meski demikian, kelompok KKN memberikan pendampingan intensif untuk mengatasi kendala tersebut.
Terlepas dari itu, secara keseluruhan TBS dalam program kerja KKN kelompok 104 ini telah menunjukkan hasil yang positif. Dari pengamatan selama 45 hari keberjalanan program, sistem ini terbukti berhasil dan efektif dalam mengurangi populasi tikus di lahan pertanian. Yaitu dengan rata-rata menangkap minimal 2 ekor tikus setiap dua hari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa tikus tertarik untuk masuk ke area perangkap dan sistem bekerja sesuai dengan fungsinya.
“Dengan adanya TBS, serangan tikus terhadap tanaman padi dapat diminimalisir, sehingga mendukung peningkatan hasil panen petani. Keberhasilan ini juga mendorong kelompok tani untuk lebih aktif dalam merawat dan melanjutkan penggunaan TBS sebagai metode pengendalian hama yang berkelanjutan,” tambah Harris.
Program TBS mendapat tanggapan yang sangat positif dari masyarakat Desa Krajan. Petani dan kelompok tani dengan antusias terlibat dalam setiap tahap, mulai dari pemasangan pagar perangkap, pemantauan perangkap, hingga evaluasi hasil tangkapan tikus. Mereka secara aktif berdiskusi dan berbagi pengalaman dalam meningkatkan efektivitas TBS. Bahkan petani bersedia melanjutkan sistem ini setelah program KKN selesai. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mencapai SDGs ke-15 ekosistem daratan, yang memerlukan upaya penanganan.
Kelompok 104 KKN UNS sendiri beranggotakan sepuluh mahasiswa dari berbagai Prodi di UNS. Harris Abdul Hafidz dan Indra Wahyu Ramadhan berasal dari Prodi Agroteknologi FP. Daffa Armindatama, Fernando Ayala, Anggita Rizka Pratiwi, Muhammad Reza Aji Pamungkas, dan Kartika Cayahening Fatima berasal dari Prodi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP). Dhiwa Ghariy Sasongko berasal dari Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik (FT). Sementara itu, Wijayanti Kusumastuti dan Yasmin Hanah Hanifah berasal dari Prodi Kebidanan, Fakultas Kedokteran (FK). Keberagaman latar belakang pendidikan ini menjadi kekuatan tim dalam memberikan kontribusi multidisiplin untuk program kerja mereka di Desa Krajan.