Kisah Lulusan UMS yang Mengabdi di Kamboja
Kisah Lulusan UMS yang Mengabdi di Kamboja
Pengabdian menjadi salah satu pilar kaum terdidik di perguruan tinggi. Membaktikan ilmu untuk masyarakat luas dan berdampak bagi umat. Falsafah itulah yang Muhammad Azizi, alumni Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), saat menjalankan misi pengabdian di Kamboja.
“Sebelum diberangkatkan, saya diminta untuk mempelajari bahasa Arab Jawi dan seni kaligrafi (khat) selama tiga bulan,” kata Azizi saat diwawancarai pada Senin (24/3).
Azizi menjalankan pengabdian purna studi di Musa Asiah Integrated Primary School atau Sekolah Bersepadu Musa-Asiah (SEPAMA), Krouch Chhmar, Kamboja. Pengabdian ini terselenggara berkat kerja sama dengan Pondok Hajjah Nurriyah Shabran UMS dan berlangsung selama satu tahun.
Suasana berbeda terasa saat memasuki bulan suci Ramadan. Tidak ada perayaan khusus seperti yang dilakukan di Indonesia. Ramadan di Kamboja berlangsung lebih sederhana.
Tugas utama yang ia emban adalah mengajar di sekolah dari pagi hingga sore. Setelah Magrib, ia mengajar ibu-ibu, menjadi imam shalat tarawih (selama bulan Ramadan), serta membimbing kelas membaca Al-Qur’an untuk ibu-ibu.
Azizi merasakan pengalaman berkesan selama mengabdi di Kamboja. Namun, lulusan tercepat prodi IQT angkatan 2020 itu memandang sistem pendidikan di Kamboja masih tertinggal dibanding Indonesia.
“Pendidikan di Kamboja masih setara dengan kurikulum KTSP yang dulu pernah diterapkan di Indonesia,” beber alumni Pondok Hajjah Nurriyah Shabran itu.
Mengabdi di negara yang umat Islamnya menjadi minoritas membuat Azizi merasa tertantang. Apalagi penduduk Kamboja mayoritas tidak bisa berbahasa Inggris.
Sebelum pergi meninggalkan Indonesia, Azizi sempat ragu dengan keputusannya. Motivasinya belum tumbuh. Namun, setelah melihat kondisi langsung umat muslim di Kamboja, ia menyadari pentingnya kehadiran tenaga pengajar dari luar negeri untuk memberikan pemahaman Islam yang lebih modern kepada minoritas muslim di Kamboja.
“Tantangan yang saya hadapi adalah bukti bagaimana UMS membentuk generasi yang siap berkontribusi bagi masyarakat global,” tegas Azizi.
Masyarakat Kamboja merespons baik kehadiran Azizi dalam program pengabdiannya. Ia mengaku sering diminta menjadi imam salat di masjid dan mendapat sambutan ramah dari warga.
Azizi melihat manfaat dan peluang besar tenaga pengajar asal Indonesia di sekolah tempat ia bertugas. Di sekolah tersebut, terdapat mata pelajaran bahasa Indonesia yang membutuhkan guru dari Indonesia.
“Harapannya, program pengabdian ini dapat terus berlanjut di masa mendatang. Saat ini, saya merupakan angkatan ketiga sekaligus angkatan terakhir yang dikirim ke sekolah ini,” katanya.
Banyak pelajaran berharga yang Azizi dapatkan dari pengabdian. Mulai dari kemandirian, hingga belajar bahasa baru di Kamboja.
“Saya juga bercita-cita membuka beasiswa bagi masyarakat Kamboja agar dapat melanjutkan pendidikan ke Indonesia,” tandas Azizi.