News Breaking
Live
wb_sunny Mar, 13 2025

Breaking News

Prof. Tonang Dwi Ardyanto, Guru Besar UNS dengan Peran Aktif dalam Imunologi Klinik

Prof. Tonang Dwi Ardyanto, Guru Besar UNS dengan Peran Aktif dalam Imunologi Klinik

 

Prof. Tonang Dwi Ardyanto, Guru Besar UNS dengan Peran Aktif dalam Imunologi Klinik



ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www. Alexainfoterkini.com)

– Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali melahirkan Guru Besar baru berprestasi. Pengukuhan Prof. Tonang Dwi Ardyanto, dr., Sp.PK., Subsp. IK(K), Ph.D, FISQua, CHAE menjadikannya Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) ke-50 dan ke-338 di UNS. Momen penting ini dilaksanakan dalam Sidang Terbuka Senat Akademik yang berlangsung di Auditorium GPH Haryo Mataram, pada Senin (10/2/2025).

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Imunologi Klinik Berbasis Komunitas: Pengalaman Pandemi Covid-19 dan Antisipasi ke Depan”, Prof. Tonang menyoroti pentingnya peran imunologi klinik. Pendekatan yang Beliau lakukan berguna dalam merespons tantangan kesehatan masyarakat, terutama setelah pandemi Covid-19. Dengan pengetahuan yang didalami, Prof. Tonang diharapkan dapat memberi banyak manfaat di tengah masyarakat.

Profil Akademik dan Kepakaran

Prof. Tonang merupakan akademisi dengan bidang kepakaran ilmu Imunologi Klinik. Beliau lahir di Boyolali dan menempuh pendidikan S-1 di FK UNS. Gelar Master to Ph.D. dalam Imunologi Molekuler diperoleh dari Tottori University, Jepang. Selain itu, Beliau menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter Spesialis (PPDS) Patologi Klinik di UNS serta menjalani Pendidikan Sub Spesialis Imunologi Klinik dari Kolegium Patologi Klinik (Patklin) Indonesia.

Dalam karier akademiknya, Prof. Tonang telah berkontribusi besar dalam dunia kedokteran. Beliau juga aktif dalam tugas manajerial sebagai Wakil Direktur RS UNS periode 2015-2024 serta menjadi Konsultan PT Prodia Widyahusada sejak 2021.

Pandemi Covid-19 dan Peran Imunologi Klinik

Prof. Tonang dalam pidato pengukuhannya menyoroti pengalaman pandemi Covid-19 yang mengubah perspektif imunologi klinik di Indonesia. Indonesia pertama kali melaporkan kasus Covid-19 pada 2 Maret 2020, dengan puncak kasus terjadi pada Juli-September 2021. Hingga WHO menyatakan pandemi berakhir pada 5 Mei 2023, Indonesia telah mencatat 6.784.170 kasus dan 161.404 kematian. Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan berakhirnya status kedaruratan Covid-19 melalui Perpres 48 Tahun 2023 pada 4 Agustus 2023.

“Jika melihat pada rangkaian penanganan pasien covid, maka Sp.PK (red: Spesialis Patologi Klinik) sudah berperan sejak timbulnya gejala. Kemudian saat ada penegakan diagnosis di awal, pemeriksaan selama perawatan, monitoring hingga dinyatakan bisa diperbolehkan pulang,” jelas Prof. Tonang.

Beliau menegaskan bahwa berakhirnya pandemi bukan berarti virus telah hilang, tetapi lebih pada perubahan statusnya menjadi endemik. Hal ini menuntut pendekatan imunologi klinik berbasis komunitas. Tujuannya agar pengetahuan dan teknologi imunologi dapat diterapkan lebih luas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Imunologi Klinik dalam kesehatan Masyarakat

Seorang dokter Sp.PK bagi Prof. Tonang perlu untuk memberi manfaat dari keilmuannya, di mana saja. Tidak hanya saat di rumah sakit atau laboratorium, tetapi juga bisa memulai perannya sebelum dan sesudah pasien mendapat perawatan di rumah sakit. Beliau menekankan pentingnya penerapan Evidence-Based Medicine (EBM) dan Value-Based Medicine (VBM) dalam imunologi klinik.

Dalam pengalamannya selama pandemi, komunikasi publik terkait imunologi klinik berkembang secara dinamis. Awalnya, banyak perdebatan terjadi karena kurangnya pemahaman, tetapi seiring waktu, ada perbaikan dalam cara penyampaian informasi kepada masyarakat dan pemerintah. Sebagai akademisi, Prof. Tonang menekankan bahwa peran tenaga medis dan ilmuwan bukan hanya sebagai praktisi, tetapi juga sebagai komunikator yang menjembatani antara sains dan kebijakan publik.

“Menjadi jembatan dan komunikator sering kali dihadapkan pada prasangka, dianggap tidak jelas posisinya; mendukung atau mengkritik pemerintah, membantu atau menyalahkan masyarakat. Padahal, prinsip imunologi klinik adalah ‘tidak kemana-mana tetapi berperan di mana-mana’,” jelasnya.

Atas kontribusinya dalam membangun pemahaman yang lebih baik tentang imunologi klinik dan kebijakan kesehatan, Prof. Tonang menerima Achmad Bakrie Award 2022 dalam bidang Kedokteran, penghargaan sebagai Komunikator Kesehatan Kemenkes 2023, serta penghargaan Best Presenter ICOMESH 2023. Sebagai Guru Besar, Prof. Tonang terus berkomitmen mengembangkan riset imunologi klinik berbasis komunitas dan mendorong kolaborasi antarprofesi dalam bidang kesehatan.

“Kita harus berusaha dan berkarya bagi masyarakat, bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya dalam sebuah orkestra yang harmonis dan indah, tanpa saling meniadakan, justru saling melengkapi. Semua ini demi kepentingan masyarakat dan masa depan yang lebih baik, terutama dalam mengantisipasi potensi kedaruratan kesehatan di masa mendatang,” tutupnya.

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.