News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Opini : REKTOR UNISSRA: LIBUR PUASA, APA IYA?

Opini : REKTOR UNISSRA: LIBUR PUASA, APA IYA?

Opini : REKTOR UNISSRA: LIBUR PUASA, APA IYA?


Oleh

Prof. Dr. Suharno, ST., MT.

Dosen UNS dan Rektor Universitas Sragen.


Libur puasa, apa iya? Akhir-akhir ini mencuat wacana libur puasa sebulan penuh selama Ramadhan. Pendapat Masyarakat terbelah, ada yang pro dan kontra. Mendikdasmen di salah satu media masa online menyampaikan bahwa ada 3 opsi yang sekarang sedang digodog untuk ditetapkan. Tentang hal ini menarik untuk disimak ulasan dari Rektor Universitas Sragen (UNISSRA), Prof. Suharno, tentang 3 opsi yang sekarang dikantongi oleh Pak Menteri. Rektor UNISSRA mengatakan bahwa Masyarakat perlu tahu tentang 3 opsi ini, agar masyarakat memiliki pemahaman yang cukup terhadap Keputusan pemerintah tentang libur puasa. Dan dapat melakukan adaptasi terhadap apapun yang diputuskan oleh pemerintah.

Rektor UNISSRA mengatakan bahwa Ramadhan memang unik dan mengedukasi. Indonesia harus bersyukur memilki Masyarakat muslim terbesar yang memiliki ritual ini. Dan betul Ramadhan memiliki nilai tambah yang tinggi, baik dari sisi ekonomi, social, politik, keamanan, adab, budaya, termasuk pendidikan. Wajar jika Pak Mendikdasmen turut menyampaikan pendapat tentang aktivitas belajar mengajar selama Ramadhan. 

Sejauh ini Pak Mendikdasmen telah memiliki 3 opsi terkait puasa Ramadhan, yaitu libur penuh, libur di awal dan akhir, dan masuk seperti biasa. Pak Menteri mengatakan bahwa 3 opsi ini berdasarkan respon Masyarakat. Menurut Rektor UNISSRA, 3 opsi ini memiliki plus dan minus, wajar jika pak Menteri terlihat sangat hati-hati untuk menentukan salah satunya.

Di artikel ini Rektor UNISSRA menyampaikan pendapat/pemikiran, dengan harapan dapat menjadi bahan pertimbangan Prof. Mu’ti dalam mengambil Keputusan. Gagasan ini disampaikan berdasarkan riset dan pengalamannya berinteraksi dengan para siswa dan guru di sekolah. Pak Menteri mengenai 3 opsi di atas. 

Opsi kedua, Libur penuh. Secara teknis, ini tampaknya sederhana, dan mengumumkannya enak, libur. Tetapi dampak ikutan sangat banyak. Jika libur penuh, jika hanya dengan membekali anak instrument (semacam log book), selama ini sudah terbukti tidak efektif. Tidak efektifnya terletak pada instrumen (log book) yang kurang representatif dalam mendukung capaian pembelajaran. Monitoring dan evaluasi aktivitas di Masyarakat juga tidak dikonversi ke dalam hasil belajar yang representative. Tidak memiliki indikator terhadap capaian pembelajaran. Selain itu, orang tua belum memahami bahwa anak-anak libur itu juga harus belajar. Kebanyakan orang tua masih menganggap bahwa anaknya tidak sekolah itu artinya libur. Perlu diketahui bahwa ketika anak berlama-lama di rumah tanpa belajar, maka sering terjadi kekerasan rumah tangga, khususnya antara anak dengan orang tua. Jika opsi ini dipilih dengan instrumen konvensional yang selama ini ada, maka opsi ini justru hanya akan memberatkan orang tua. 

Tetapi jika sekolah dan guru mampu mengembangkan instrumen yang lebih baik untuk membekali anak belajar di rumah, nah mungkin Solusi ini efektif dipilih. Tidak ada salahnya sekolah mulai mengenalkan model home schooling. Model home schooling tidak ada salahnya dicoba. Kedepan, model home schooling ini akan semakin banyak diminati Masyarakat. Dan di era milenial dan zilenial banyak diantara anak-anak yang lebih nyaman jika belajar di rumah. Namun, sekali lagi opsi libur penuh ini harus dipersiapkan matang jika akan dipilih. Kuncinya adalah kesiapan instrumen baik guru, Masyarakat, maupun perangkat pembelajarannya. Jika opsi ini dipilih tanpa instrumen yang handal, maka beban pendidikan hanya tertumpu kepada orang tua. Nah ini harus dipikirkan dengan seksama.

Opsi kedua, Libur di awal dan akhir. Ini pilihan yang moderat, misalnya di awal 1 atau 2 hari, di akhir 3 hari. Di awal berguna untuk adaptasi dan di akhir untuk persiapan hari raya. Namun, jika jam masuk tidak dimodifikasi maka tetap saja proses belajar mengajar tidak efektif. Modifikasi yang mungkin bisa diambil adalah pengurangan jam belajar dan peningkatan kualitas guru dalam mengajar. Guru perlu mempersiapkan diri untuk mengajar dengan banyak variasi mengajar yang menarik dan menyenangkan.

Opsi ketiga, masuk seperti biasa. Secara teknis opsi ini mudah dan praktis, tinggal mengumumkan masuk seperti biasa. Mudah bukan? Tetapi, dampak ikutan dari opsi ini banyak, dan ujungnya bisa jadi tidak terjadi transfer of knowledge saat pembelajaran. Mengajar dalam situasi puasa khususnya di bulan Ramadhan, memilki tantangan tersendiri. Berikut gambaran belajar mengajar ketika puasa. Dari sisi Guru, mengajar dalam keadaan puasa, harus diakui bahwa itu memang sangat berat, apalagi kelas yang tidak memiliki AC. Mengajar itu tidak hanya fisik tapi juga psikis (berpikir) dan ini membutuhkan energi ekstra. Ini betul-betul menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Bahkan di kalangan guru mengatakan bahwa mengajar saat puasa dengan ruangan tidak ber-AC itu seperti melakukan tantangan uji Nyali, siapa yang kuat. Berbeda keadaannya apabila orang berkerja di ruang ber-AC yang fisiknya tidak banyak, maka mereka bisa mengatakan bahwa puasa tidak mempengaruhi aktivitas. Tentu ini tidak obyektif jika diterapkan untuk guru. Dari sisi siswa, anak sekarang tidurnya larut malam, sementara kalau puasa mereka harus bangun dini hari untuk sahur, tentu hal ini mengakibatkan mereka tidak fit ketika mengikuti pelajaran. Jadi, gambaran sekolah saat puasa itu adalah murid belajar susah, gurunya lelah. Nggak enak bukan? Lalu bagaimana jika harus masuk terus selama Ramadhan. Opsi ketiga ini memilki peluang paling moderat dan rasional jika dimodifikasi. Modifikasi yang mungkin dilakukan adalah dengan mengurangi jam belajar dan menyiapkan perangkat pembelajaran khusus di bulan Ramadhan. Ini akan seru untuk dilakukan. Anak-anak tetap sekolah dan belajar, guru tetap bisa menyelesaiakan tuntutan cakupan materi, orang tua terkurangi bebannya. Ketika di rumah, siswa tetap diberi instrumen yang inovatif agar melakukan kegiatan keagamaan dan terukur.

Jadi, ketiga opsi yang disampaikan Pak Mendikdasmen sangat rasional dan memiliki kelebihan dan kekurangan. Apapun yang dipilih oleh pemerintah, semuanya berdampak, baik untuk siswa, guru, orang tua, pemerintah, dan Masyarakat. Oleh karena itu, Rektor UNISSRA menyimpulkan bahwa opsi manapun yang dipilih, kesiapan instrumen menjadi kunci pilihan. Semoga bermanfaat.

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.