UNS Jalin Kerja Sama dengan BPOM Terkait Program Pangan Aman Goes to Campus
UNS Jalin Kerja Sama dengan BPOM Terkait Program Pangan Aman Goes to Campus
SOLO - — Universitas Sebelas Maret (UNS) menjalin kerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa, mengenai pentingnya pangan yang aman dan berkualitas. Salah satu bentuk kerja sama ini adalah melalui Program Pangan Aman Goes to Campus (PAGC), yang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang keamanan pangan kepada generasi muda.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang bertempat di Gedung Bhinneka Tunggal Ika, BPOM RI pada Senin (9/12/2024). Rektor UNS, Prof. Dr. Hartono, dr. M.Si. mengatakan, melalui program ini, mahasiswa diharapkan bisa memahami berbagai aspek terkait keamanan pangan, mulai dari cara memeriksa label produk, mengenali pangan yang aman, hingga mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pentingnya memilih produk pangan yang memenuhi standar keamanan. Dengan program ini, UNS dan BPOM berupaya membangun kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan yang sehat dan aman di kalangan mahasiswa yang merupakan agen perubahan di masyarakat.
“Kerja sama ini juga diharapkan dapat mendukung terciptanya lingkungan kampus yang peduli terhadap kesehatan dan keselamatan pangan. Selain itu, mahasiswa UNS akan diberikan pengetahuan mengenai peran BPOM dalam mengawasi peredaran produk pangan dan obat-obatan di Indonesia, serta regulasi yang berlaku terkait dengan keamanan produk tersebut,” terang Prof. Hartono.
Program PAGC bertujuan untuk memberikan edukasi kepada generasi muda mengenai keamanan pangan, serta cara-cara memeriksa dan mengenali produk pangan yang aman untuk dikonsumsi. Dalam kolaborasi ini, BPOM menyediakan berbagai informasi mengenai regulasi pangan yang aman, cara memeriksa label produk, serta edukasi tentang dampak konsumsi pangan yang tidak terjamin keamanannya. “Program ini juga bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa pentingnya berpikir kritis dalam memilih pangan yang sesuai dengan standar keamanan,” imbuhnya.
PAGC diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran di kalangan mahasiswa mengenai isu pangan yang sering kali terlupakan, serta memberikan kontribusi dalam menciptakan lingkungan kampus yang peduli terhadap kesehatan dan keselamatan pangan. Melalui program ini, diharapkan para mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan informasi tentang keamanan pangan kepada masyarakat luas.
PAGC merupakan salah satu program yang disinergikan dengan Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) – Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program PAGC-MBKM telah di-launching oleh BPOM pada 14 April 2022 dan dilanjutkan dengan Penandatanganan MoU antara BPOM dengan 13 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Saat ini Program PAGC yang bersinergi dengan platform MSIB – MBKM telah dilaksanakan sebanyak 5 batch dengan capaian jumlah Fasilitator Keamanan Pangan (KP) dari komunitas mahasiswa sebanyak 551 Fasilitator yang telah melakukan pendampingan di 503 UMK Pangan Olahan. Saat ini sedang berlangsung batch 6 dengan jumlah peserta sebanyak 125 calon Fasilitator KP. Hingga pada bulan Mei tahun 2024, sebanyak 34 Perguruan Tinggi Negeri/Swasta telah melakukan MoU terkait sinergi Program PAGC-MBKM. Selanjutnya pada tahun 2024, akan dilakukan
penandatanganan MoU antara BPOM dengan 17 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Dalam rangka keberlanjutan program, BPOM telah mengembangkan perluasan program PAGC yang dapat disinergikan dengan Program MBKM Perguruan Tinggi.
Kepala BPOM RI, dr. Taruna Ikrar menekankan pentingnya kolaborasi karena Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam industri farmasi. Salah satu tantangan utama yang perlu diatasi adalah ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan baku obat. Saat ini, sekitar 94% bahan baku obat yang digunakan di Indonesia masih bergantung pada impor, yang bisa menimbulkan masalah terkait ketersediaan, biaya, dan ketahanan pasokan.
Kerja sama ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 3, yaitu “Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan”. Dengan program ini, mahasiswa diajak untuk memahami pentingnya memastikan pangan yang mereka konsumsi aman dari bahan berbahaya atau yang tidak memenuhi standar kesehatan, serta mendorong mereka untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat terkait konsumsi pangan yang sehat.
Selain itu, program ini juga bisa berkontribusi pada peningkatan kesadaran masyarakat luas mengenai bahaya pangan yang tidak aman, yang pada gilirannya bisa membantu menurunkan angka penyakit yang disebabkan oleh pangan yang tidak sehat, selaras dengan upaya mencapai tujuan SDGs ketiga, kehidupan yang sehat dan sejahtera.