Sigit Prastowo, Ahli Reproduksi Ternak Dikukuhkan Menjadi Guru Besar
Sigit Prastowo, Ahli Reproduksi Ternak Dikukuhkan Menjadi Guru Besar
Ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)
SOLO - Pada pekan Guru Besar terdapat satu Ahli Reproduksi Ternak yang biasa dikenal dengan nama Prof Dr Agr. Ir. Sigit Prastowo, S.Pt, M.Si, IPU ASEAN Eng dikukuhkan menjadi Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) oleh Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof .Dr. Hartono, dr., M.S, di di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS, Selasa (17/12)
Dalam Bidang Ilmu Kepakaran Ilmu
Reproduksi TernakPada Fakultas Peternakan, Ia membawakan pidato pengukuhan
berjudul “Optimalisasi Produktivitas Ternak dengan Implementasi Teknologi
Reproduksi dan Data Genomik.”
“Berbicara tentang reproduksi ternak, tidak akan lepas dari hal yang sifatnya biologis karena secara umum terkait dengan system reproduksi, misalnya perkawinan, sel gamet, fertiliisasi, kebuntingan, kelahiran, laktasi dan teknologi manipulasinya,” ungkap Prof. Sigit Prastowo.
Beberapa implementasi teknologi reproduksi
ternak yang sudah sering diterapkan, menurut Prof Sigit Prastowo, utamanya pada
ternak besar antara lain adalah inseminasi buatan, fertilisasi in vitro,
preservasi sel gamet (sperma dan oosit), preservasi embrio, embrio transfer,
sexing pada level gamet dan embrio, dan manipulasi hormonal untuk efisiensi
reporduksi.
Kebersilan reproduksi pada ternak sangat
penting untuk keberlanjutan usaha peternakan. Dalam banyak system produksi
ternak, kesuburan ternak atau fertilitas ternak yang bermasalah (infertilitas)
merupakan factor utama yang membatasi produktivutas dan mengakibatkan
terjadinya kerugian. Oleh karena itu, menurut Prof Sigit Prastowo, tantangan
utama yang dihadapi adalah menemukan cara yang efisienuntuk meningkatkan
kinerja reproduksi tanpa mengorbankan produktivitas ternak.Kinerja reproduksi
ternak yang tidak efisien dapat disebabkan oleh berbagai faktfactorara lain
siklus reproduksi yang tidak normal, kegagalan untuk menunjukkan estrus
(birahi) kehilangan embrio, kematian prenatal, kegagalan mencapai pubertas , kegagalan
kebuntingan dan lain sebagainya.
Dalam beberapa sistem produksi, program pemuliaan yang dirancang untuk memilih sifat produksi susu atau daging memiliki efek negative pada kinerja reproduksi. Pada sapi perah misalnya seleksi genetic yang intens untuk peningkatan produksi susu mengakibatkan penurunan fertilitas ternak.
Reproduksi dalam prespektif pemuliaan
ternak merupakan proses biologi yang kompleks dengan nilai heritabilitas rendah
hingga sedang (8-10). Meskipun demikian, sifat reproduksi jantan dan betina
tetap dapat diwarikan dan ditingkatkan melalui seleksi genetic. Selain itu,
sifat-sifat reproduksi merupakan sifat yang berhubungan dengan banyak gen atau disebut polygenic. Sehingga
penyertaan informasi penanda genetic dari gen-gen yang terkait dengan kemampuan
reproduksi dapat secara efisien meningkatkan respon seleksi.
Mengenai sifat polygenic dari sifat reproduksi, penentuan penanda genetic dan jalur metabolism yang terlihat dalam efisiensi reproduksi memerlukan studi genetika molekuler yang intensif. Disis lain, jalur (pathwat) metabolism pada reproduksi ternak dapat dievaluasi menggunakan biomarker molekuler fertilitas ternak secara non invasive. Perkembangan teknologi terbaru dalam bidang genomic, transkriptomik dan proteomic telah memungkinkan untuk melakukan idenntifikasi dan karakterisasi gen-gen dan metabolism yang berkontribusi pada kompleksitas sifat reproduksi pada ternak.
Hal tersebut diatas merupakan kesempatan
luas untuk mengimplementasikannya pada perbaikan ternak local Indonesia yang
salah satunya adalah sapi.Seperti diketahui, Indonesia memiliki sapi local yaitu
sapi Bali, Sapi Madura, sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Pesisir yang dapat
digunakan sebagai sumber produk hewani untuk kebutuhan nasional. Sapi-sapi
tersebut memiliki keunggulan telah beradaptasi dengan baik di lingkungan tropis
yang panas, mampu tumbuh dan memiliki kinerja reproduksi yang baik. Akan
tetapi, peningkatan kualitas dan kuantitas sapi local masih terkendala belum
adanya pemuliaan yang terarah, sehingga masih banyak ruang untuk peningkatan
kualitas genetinya, Untuk itu diperlukan metode seleksi yang cepat dan akurat
dalam mendukung penyediaan bibit sapi unggul. Hal ini sesuai dengan kebijakan
Riset dan Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020 – 2024, terkhusus bidang pangan
yaitu untuk menghasilkan bibit sapi potong unggul. Salah satunya adalah
pengembangan marker genetic untuk seleksi terkait pertumbuhan, produksi,
kualitas daging dan sifat reproduksi. Selanjutnya hasil seleksi diarahkan untuk
mendapatkan pejantan dan betina unggul seumber sel gamet yang kemudian
disebarkan atau didiseminasikan melalui teknologi reproduksi ternak.
Bersambung……..