Mengungkap Teknik Pengawetan Kering Mammalia di BRIN: Pembelajaran Langsung pada Mahasiswa UMS
Mengungkap Teknik Pengawetan Kering Mammalia di BRIN: Pembelajaran Langsung pada Mahasiswa UMS
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.)
SURAKARTA – Sebanyak 86 mahasiswa dan 7 dosen pendamping dari Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) salah satu lokasi tujuannya adalah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bogor. Kegiatan kuliah rutin tahunan ini bertujuan memberikan pengalaman belajar lapangan, memperluas wawasan, serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam bidang biologi.
Menurut M. Wisnu, M. Biotech, selaku dosen pendamping Kelompok 7, KKL ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara langsung di lapangan.
“Mahasiswa mendapatkan sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan melihat langsung berbagai spesies yang diawetkan, serta mempelajari teknik-teknik ilmiah pengawetan yang dilakukan di BRIN,” ujarnya Sabtu, (30/11).
BRIN Bogor, lanjutnya, yang berdiri sejak tahun 1894, merupakan salah satu pusat penyimpanan koleksi botani dan zoologi terbesar di Indonesia. Institusi ini memiliki koleksi zoologi dan botani dalam jumlah yang sangat besar, mencakup berbagai spesies di dalamnya.
Kelompok 7, yang terdiri dari Dyta, Risa, Afifah, Ananda, Lusi, Alifia, Nadya, Rinanda, Fitri, Restu, Dewi, Aulia, dan Yusuf, memulai eksplorasi mereka dengan mengamati koleksi spesimen zoologi classis mamalia. Selama kegiatan KKL, mahasiswa diperkenalkan pada berbagai metode pengawetan mamalia, mulai dari teknik preparasi, penataan, hingga penyimpanan yang sesuai standar ilmiah.
Salah satu peneliti BRIN, Kurnianingsih, menjelaskan ada dua teknik pengawetan pada mamalia. Pengawetan mamalia memerlukan tahapan yang lebih kompleks antara awetan kering baluhan (untuk koleksi dan edukasi) dan obsetan (untuk pameran dan edukasi): pada awetan baluhan dimulai dari penangkapan hewan di alam liar secara etis, dibius dengan kloroform selama 4 menit, lalu identifikasi hewan dari anatomi, organ, tengkorak, dan ditulis lokasi, waktu, siapa, dan kolektor hewan, lalu hewan dikuliti guna memisahkan kulit dari tubuh. Setelah dikuliti bersihkan kulit dari jaringan sisa yang dapat membusuk, lalu baluri boraks dan masukan kapas untuk mengganti bagian tubuh hewan.
“Pada awetan kering obsetan dibentuk secara aslinya, proses kurang lebih sama namun lebih lama waktunya hingga 1 bulan dalam pengeringan. Bagian mata diproses dengan resin katalis dicampur dengan pewarna sehingga menyerupai organ aslinya, harus ada jiwa seni di dalam pengawetan ini. Pada awetan kering diwajibkan sejak awal hingga akhir dalam keadaan steril dan penyimpanan dalam suhu dingin AC yang dingin dan lampu keadaan mati,” paparnya.
Nanang Supriatna yang juga peneliti BRIN, menambahkan bahwa pengawetan mamalia juga memiliki teknik khusus tergantung pada spesiesnya. Salah satu spesimen yang menarik perhatian adalah tikus raksasa dari Flores, salah satu hewan langka dan dilindungi. Hewan ini menjadi langka dikarenakan sering diburu manusia sebagai makanan sehari-hari.
“Pengawetan tikus Flores atau Betu ini dengan baluhan, proses ini menggunakan bahan kimia khusus yang menjaga struktur tubuh spesimen tetap utuh sekaligus mencegah kerusakan dalam jangka panjang,” tambahnya.
Salah satu mahasiswa KKL, Lusi mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pada Kamis, (14/11) mahasiswa tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung yang meningkatkan pemahaman mereka dalam bidang konservasi dan keanekaragaman hayati.
“Kegiatan seperti ini sangat penting untuk mendukung pembelajaran di kelas dan menanamkan kesadaran akan pentingnya pelestarian biodiversitas,” ucap Lusi salah satu mahasiswa KKL.
Diharapkan, kegiatan KKL ini dapat terus dilaksanakan setiap tahun, menjadi jembatan antara dunia pendidikan dan lembaga penelitian, serta mendukung generasi muda untuk berperan aktif dalam pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. (Fika/Humas)