News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Prof Dr.Suharno, ST, MT Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Tehnologi dan Kejuruan

Prof Dr.Suharno, ST, MT Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Tehnologi dan Kejuruan

 

Dr.Suharno, ST, MT Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Tehnologi dan Kejuruan


Ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)

SOLO - Prof Dr.Suharno, ST, MT Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Tehnologi dan Kejuruan Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS oleh Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Dr.dr. Hartono, MS di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS, Surakarta, Jumat (20/12).Prof Suharno menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Pembangunan Berkelanjutan Pendidikan Kejuruan Sebagai Upaya Menyiapkan tenaga Kerja Adaptif Menuju Indonesia Emas 2045.”

Prof Suharno menyatakan Indonesia telah mencanangkan asa menjadi Negara maju 2045. “Instrumen utama Negara maju adalah ketersediaan tenaga kerja yang kompeten. Ketersediaan tenaga kerja kompeten menjadi syarat mutlak terwujudnya Negara maju. Sebagaimana kita ketahui, mencetak tenaga kerja kompeten tidak mudah. Harus ada upaya serius dan berkelanjutan untuk mendapatkannya,” ungkapnya. Secara konsep, menurut Profesor Pendikan Kejuruan, ktenaga kerja dihasilkan dari sebuah pendidikan dan perlatihan. Pendidikan dan pelatihan yang secara focus membekali siswanya agar siap kerja adalah pendidikan kejuruan/vokasional.

Negara maju mengakui peran pendidikan kejuruan  bahkan mereka meyakini bahwa mereka menjadi Negara maju berawal dari pendidikan kejuruan. Oleh karena itu Negara maju sangat memperhatikan pendidikan kejuruan. “Tidak tanggung-tanggung mereka menempatkan siswa di bidang kejuruan lebih banyak dari bidang umu, misalnya Austria 78%, Jerman 70% dan Swiss 66%. Karena siswanya lebih banyak, maka mereka mengelola pendidikan kejuruan dengan sangat baik,” ungkapnya.

Bagaimana dengan Indonesia? “Kontras dengan Negara maju, Indonesia termasuk Negara yang tedak memiliki konsep yang jelas dalam mengelola perndidikan kejuruan. Namun harus diakui, kata Suharno, bahwa sebenarnya pemerintah telah menetapkan kebijakan yang tepat,” ujar Prof Suharno. Di tahun 2008,menurut Prof Suharno, pemerintah memperbanyak SMK dan membuat tagline SMK BISA, SMK SIAP KERJA, dll. Selain itu terbit pula inpres No. 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Kebijakan ini sangat mempengaruhi masyarakat untuk masuk ke SMK.Tahun 2014 ini siswa kejuruan meningkat tajam, dari semula kurang dari 12% menjadi 38%, yang terdiri atas mahasiswa vokasi 14% dan siswa SMK 86%.


Sayangnya implementasi dari kebijakan ini tidak jelas. Kebanyakan SMK  sedang tidak sehat alias mengalami gizi buruk. “ Buruk kebijakan, buruk pendanaan, buruk peralatan dan buruk standar lainnya,” ujarnya. Akibatnya, kata Prof Suharno, lulusan kejuruan sedang tertuduh menjadi penyumbang pengangguran terbesar. Oleh karena itu, kata Prof Suharno, “pidato ini, saya ingin  mengajukan proposal perbaikan pendidikan kejuruan kepada pemerintah Bapak Presiden, sebagimana bapak mengkampanyekan perbaikan gizi untuk siswa sekolah, saya mengusulkan agar ada program perbaikan gizi sekolah. Yang mengalami gizi buruk tidak hanya siswa, sekolah juga mengalami gizi buruk. Jika ini dibiarkan, maka Indonesia akan menjadi tempat menumpuknya bonus demografi tanpa dividen," ungkap dosen FKIP UNS.

Prof Suharno yang juga kini menjadi Rektor Universitas Sragen Surakarta menyampaikan proposal perbaikan, “pertama penyesuaian proporsi pelajar kejuruan,”Pertama penyesuaian proporsi pelajar kejuruan, dengan cara meningkatkan membawa vokasi di semua perguruan tinggi. Bisa juga meningkatkan SMK yang berkualitas diubah statusnya menjadi sekolah vokasi atau politeknik. Kedua, revitalisasi menyeluruh terhadap sekolah kejuruan, utamanya terhadap kompetensi guru, anggaran dan peralatan praktik. “Bapak Presiden, pendidikan kejuruan adalah alat pertahanan Negara, bagaimana Negara bisa bertahan jika pendidikan kejuruan tidak dikuatkan, Perbaikan pendidikan kejuruan ini tidak hanya menjamin ketersediaan tenaga kerja kompeten, tetapi juga menjaga asa Indonesia Emas 2045.Jika tidak maka Indonesia Cemas yang terjadi,” tandas Profesor.

 




 

 

Tags

Masukan Pesan

Silahkan masukan pesan melalui email kami.