Tingkatkan Ekonomi, Tim Pengabdian UMS Lakukan Budidaya Maggot pada Kelompok Bijak Kelola Sampah
Tingkatkan Ekonomi, Tim Pengabdian UMS Lakukan Budidaya Maggot pada Kelompok Bijak Kelola Sampah
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)
SURAKARTA- Budidaya maggot merupakan salah satu cara yang saat ini sedang banyak dilakukan di beberapa tempat karena dianggap dapat digunakan untuk menangani permasalahan sampah khususnya sampah organik. Namun, tidak jarang masih banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai budidaya maggot, sehingga hal tersebut masih sering menjadi kendala untuk memulai budidaya maggot ini.
Program pengabdian masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melalui skema pembiayaan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) tahun 2024 memberikan kesempatan kepada dosen Prodi Kesehatan Masyarakat yang diketuai oleh Rezania Asyfiradayati, SKM., MPH., untuk melakukan pelatihan budidaya maggot pada mitra sasaran kelompok bijak kelola sampah.
Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.
“Kegiatan diawali dengan transfer informasi terkait pengertian maggot, siklus hidup maggot sampai pada tata cara dan tahapan budidaya maggot. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 15 anggota kelompok yang diketuai oleh Obby Hageng SKM,” ungkapnya Senin, (25/10).
Anggota kelompok sangat antusias dalam kegiatan ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh anggota kelompok yang menjadi peserta pengabdian.
Pelaksanaan pengabdian dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2024, setelah dilakukannya pemberian informasi terkait maggot Tim Pengabdian dan kelompok mitra melakukan pemetaan alat dan bahan yang diperlukan untuk memulai budidaya maggot.
“Kegiatan teknis dimulai dengan pembuatan beberapa biopond sebagai tempat maggot dengan luas 2m x 1m sebanyak 13 kolam dan kandang lalat sebagai tempat indukan dengan luas 2,5m x 2m. setelah semua siap Tim Pengabdian memberikan informasi lanjutan dengan membawakan telur maggot, maggot kecil, maggot dewasa dan juga pupa agar kelompok sasaran mengetahui secara langsung bentuk dari siklus maggot tersebut,” paparnya.
Budidaya maggot, lanjutnya, memerlukan konsistensi dan ketelatenan karena pemberian makan yang berupa sampah organik dari sampah dapur harus terus menerus diberikan kepada maggot yang ada di kolam biopond setiap harinya.
“Selain itu, mitra juga telaten saat memindahkan pupa yang akan dijadikan indukan lalat dan memanen maggot yang akan dijual pada pembeli setiap hari. Kegiatan ini telah berlangsung selama 4 bulan dan kelompok mitra selalu memberikan informasi terkini terkait perkembangan budidaya maggot yang ada di kelompok tersebut,” tambahnya.
Bentuk keberlanjutan kegiatan ini sampai saat ini Tim pengabdian masih melakukan monitoring pemanenan yang diketahui sudah dilakukan oleh pihak mitra dengan sekali panen 15 kg maggot dan dijual kepada peternak lele yang ada di sekitar lahan budidaya maggot dengan harga Rp. 7.000,-/kg. \
“Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian budidaya maggot bisa meningkatkan pendapatan kelompok sasaran meskipun belum maksimal, harapannya semoga kelompok mitra dapat meningkatan lahan dan memaksimalkan media yang ada sehingga dapat melakukan pemanenan maggot yang berkualitas dan peningkatan kuantitasnya,” pungkasnya. (Fika/Humas)