Mahasiswa Prodi K3 UNS Raih Juara 1 International Essay Competition FKG UI
Mahasiswa Prodi K3 UNS Raih Juara 1 International Essay Competition FKG UI
Dalam esainya, Angger mengangkat sebuah inovasi pengembangan strip tes urine biodegradable berbasis nanochitin dari limbah kulit udang untuk deteksi dini diabetes melitus. Inovasi ini dirancang sebagai alternatif yang non-invasif, terjangkau, dan ramah lingkungan dibandingkan metode deteksi diabetes konvensional yang membutuhkan pengambilan sampel darah.
“Ide inovasi yang saya tuangkan dalam esai berangkat dari tingginya prevalensi diabetes di Indonesia dan permasalahan limbah kulit udang yang belum termanfaatkan secara optimal. Nanochitin dipilih karena sifat biokompatibel, biodegradable, dan luas permukaannya yang tinggi, ideal untuk pengembangan biosensor,” terang Angger kepada uns.ac.id, Kamis (21/11/2024).
Untuk meraih gelar juara, Angger melakukan banyak persiapan secara mandiri. Dirinya melakukan riset literatur yang ekstensif, mulai dari memahami sifat dan potensi nanochitin, mempelajari epidemiologi dan patofisiologi diabetes melitus, hingga menganalisis berbagai metode deteksi dini yang ada.
“Selain itu, saya juga menelaah panduan IEC dengan cermat untuk memastikan esai yang saya kirimkan memenuhi semua persyaratan, termasuk kriteria penilaian yang ditetapkan. Proses penulisan essay memerlukan waktu dan dedikasi yang cukup besar, termasuk penyusunan kerangka tulisan, penulisan draf awal, beberapa kali revisi, hingga penyuntingan akhir untuk memastikan kejelasan, koherensi, dan akurasi informasi yang disampaikan. Salah satu tantangan terbesar adalah menyampaikan konsep ilmiah yang kompleks dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh pembaca awam,” jelas Angger.
International Essay Competition (IEC) sendiri adalah agenda tahunan yang diselenggarakan oleh FKG UI sebagai bagian dari 18th Dentistry Scientific Meeting. Lomba essay ini merupakan platform kompetitif bagi mahasiswa D3 atau S1 aktif dari seluruh jurusan rumpun Ilmu Kesehatan di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Tema IEC tahun ini, “Interdisciplinary Approaches to Health Preservation,” menantang para peserta untuk mengembangkan solusi inovatif dan terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.
“Inovasi yang saya angkat dalam esai diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam skrining diabetes, khususnya bagi mereka yang memiliki keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan,” harap Angger.
Setelah dinyatakan menang sebagai juara pertama, Angger mengaku bahwa hal tersebut bukanlah destinasi akhir, melainkan titik tolak bagi pengembangan inovasi dan karya berkelanjutan. Dirinya juga percaya bahwa ketekunan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah adalah fondasi penting meraih keberhasilan.
“Meraih juara dalam kompetisi ini sungguh merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan. Semoga hal ini menginspirasi generasi muda, khususnya teman-teman mahasiswa, untuk senantiasa berani mengeksplorasi potensi diri, mengasah kreativitas, dan mentransformasi ide brilian menjadi solusi nyata. Keyakinan pada diri sendiri dan keberanian mewujudkan perubahan positif adalah katalis yang akan mengantarkan kita, pada apa yang kita cita-citakan,” tambah Angger.
Inovasi yang Angger gagas mengedepankan gaya dan hidup yang sehat, serta mendukung kesejahteraan bagi semua untuk segala rentang usia. Hal tersebut sejalan dengan pemenuhan Sustainable Development Goals (SDG) nomor ke-3 yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteraan.