Tim P2DAI UMS Sukses Lakukan Simulasi Jual Beli di MIM PK 1 Sindon, Ajarkan Literasi Keuangan Sejak Dini
Tim P2DAI UMS Sukses Lakukan Simulasi Jual Beli di MIM PK 1 Sindon, Ajarkan Literasi Keuangan Sejak Dini
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com)
SOLO - Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), melalui skema Pengembangan Persyarikatan, Dakwah, AIK & Kemuhammadiyahan (P2DAI), sukses menyelenggarakan kegiatan simulasi jual beli di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Program Khusus (PK) 1 Sindon, Ngemplak, Boyolali.
Program ini merupakan salah satu upaya tim UMS dalam memperkenalkan konsep literasi keuangan dan wirausaha sejak dini kepada anak-anak. Kegiatan ini diikuti oleh 37 siswa kelas 2, yang terdiri dari 17 siswa kelas 2 Program Khusus (PK) dan 20 siswa kelas 2 Reguler. Dalam simulasi ini, mereka belajar melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan uang mainan dan replika sayuran serta buah mainan.
Dhany Efita Sari, Ketua Tim P2DAI, mengungkapkan bahwa kegiatan simulasi jual beli yang dilaksanakan pada Kamis, (26/9) itu dirancang untuk memberikan pengalaman nyata kepada siswa mengenai proses jual beli dan pentingnya mengelola keuangan secara sederhana. Kegiatan ini juga merupakan langkah awal yang penting dalam menanamkan keterampilan kewirausahaan kepada anak-anak sejak dini.
"Simulasi jual beli ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman nyata, sehingga mereka dapat memahami pentingnya pengelolaan keuangan, tanggung jawab, dan kolaborasi. Program ini diharapkan bisa menjadi fondasi yang kuat bagi mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam hal ekonomi maupun keterampilan wirausaha," ujar Dhany, Jumat (11/10).
Pada simulasi ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok utama: kelompok pembeli dan kelompok penjual. Kelompok penjual memiliki tanggung jawab penuh untuk mengelola toko kecil mereka. Mereka menentukan harga barang, melabeli produk yang dijual, mencatat transaksi dengan membuat nota penjualan, dan menghitung pendapatan setelah transaksi selesai. Hal ini melibatkan siswa dalam berbagai keterampilan dasar bisnis seperti penentuan harga yang tepat dan pencatatan transaksi yang rapi.
Di sisi lain, kelompok pembeli diharuskan untuk menghitung anggaran yang mereka miliki sebelum berbelanja. Mereka dihadapkan pada simulasi keputusan finansial di mana mereka harus memilih produk yang sesuai dengan anggaran dan kebutuhan yang tersedia. Setelah itu, mereka melakukan transaksi pembelian dengan kelompok penjual, seperti layaknya dalam jual beli nyata. Aktivitas ini tidak hanya memperkenalkan siswa pada proses jual beli, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab dalam mengelola uang.
Argi Teresiya Ningrum, guru kelas 2 PK yang juga terlibat dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa program ini memberikan pengalaman berharga bagi siswa.
"Melalui simulasi ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep jual beli, tetapi juga tanggung jawab dalam mengelola keuangan dan bekerja sama dalam kelompok. Mereka mendapatkan pengalaman langsung yang tidak mereka peroleh hanya dari pembelajaran teori di kelas," ungkap Guru MIM PK 1 Sindon.
Terlihat siswa antusias sepanjang kegiatan berlangsung. Mereka saling berdiskusi, bekerja sama dengan teman-teman satu tim, dan menunjukkan keterampilan komunikasi yang sangat baik saat bertransaksi.
Argi Teresiya juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini dirasa sangat efektif untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya literasi keuangan dan wirausaha sejak dini. Melalui pengalaman simulasi yang menyenangkan, siswa dapat belajar bagaimana mengatur keuangan dan memulai wirausaha sederhana dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Pelaksanaan program ini tidak hanya melibatkan tim dosen UMS, tetapi juga melibatkan lima mahasiswa UMS, yang terdiri dari tiga mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi dan dua mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Para mahasiswa ini berperan penting dalam membantu penilaian proses simulasi yang dilakukan oleh para siswa.
Mahasiswa menggunakan rubrik penilaian untuk mengevaluasi keterampilan dan partisipasi siswa dalam simulasi tersebut. Selain itu, para mahasiswa juga membantu mendampingi siswa dalam menjalankan tugas-tugas selama simulasi, memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berpartisipasi.
Dengan adanya dukungan dari para guru, orang tua, serta mahasiswa yang terlibat, program simulasi jual beli ini mendapatkan tanggapan positif dari berbagai pihak. Diharapkan, kegiatan-kegiatan seperti ini dapat terus dikembangkan sebagai bagian dari upaya untuk mempersiapkan generasi muda yang lebih tangguh, kreatif, dan memiliki literasi keuangan yang baik. (Maysali/Humas)