Program Air Minum Muhammadiyah (PAMMU) Kadipuro Resmi Diluncurkan, Solusi Air Bersih untuk Warga Sambirejo
Program Air Minum Muhammadiyah (PAMMU) Kadipuro Resmi Diluncurkan, Solusi Air Bersih untuk Warga Sambirejo
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (www.Alexainfoterkini.com. ft: Istimewa)
Sragen - Program Air Minum Muhammadiyah (PAMMU) Kadipuro, salah satu program unggulan yang diinisiasi oleh Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), resmi diluncurkan pada Sabtu, 14 September 2024. Program ini didanai oleh Lazismu Sragen dan didukung penuh oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sambirejo. Kehadirannya menjadi solusi yang sangat dinantikan oleh masyarakat Desa Kadipiro, Kecamatan Sambirejo, Sragen, yang selama ini mengalami kesulitan akses air bersih. Peluncuran ini menjadi puncak dari rangkaian persiapan yang telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir, melibatkan penelitian, kolaborasi, dan gotong-royong antara berbagai pihak.
Program PAMMU Kadipuro ini berawal dari penemuan sumur di lahan milik Bapak Sumanto Al-Faris, yang menurut laporan warga memiliki kualitas air yang sangat baik. Menyadari potensi besar sumber air tersebut, tim dari Fakultas Geografi UMS yang dipimpin oleh Jumadi, S.Si., M.Sc., PhD segera melakukan penelitian terhadap kualitas airnya. Penelitian yang melibatkan 26 parameter fisika, kimia, dan biologi menunjukkan bahwa air dari sumur tersebut memenuhi baku mutu air minum tanpa perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut. Temuan ini tentu menjadi angin segar bagi masyarakat setempat, yang selama ini kesulitan mendapatkan air bersih secara layak.
"Kami sangat terkesan dengan hasil penelitian ini. Sumber air ini memiliki kualitas yang sangat baik, bahkan lebih baik dari sebagian besar sumber air minum yang ada. Ini adalah berkah besar bagi masyarakat di Ngledok dan Dlisen, Desa Kadipiro, yang selama ini mengalami kesulitan air," kata Jumadi, S.Si., M.Sc., PhD, Dekan Fakultas Geografi UMS, yang terlibat langsung dalam riset ini.
Warga sekitar Desa Kadipiro, terutama di Dukuh Ngledok dan Dlisen, selama ini mengalami kesulitan air bersih, terutama karena pasokan air yang sering tidak memenuhi kebutuhan mereka. Seperti yang disampaikan oleh salah satu warga, Pak Muhgito, "Setiap sore, mulai dari pukul 4 sampai 7 malam, kami sering mengalami mati listrik, yang menyebabkan air dari PDAM tidak mengalir. Ini sangat menyulitkan kami untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari."
Kondisi ini menjadi dorongan bagi Fakultas Geografi UMS untuk mengembangkan solusi yang lebih berkelanjutan dan efektif bagi masyarakat. Bersama Lazismu Sragen dan PCM Sambirejo, program PAMMU Kadipuro dirancang dengan tujuan menyalurkan air dari sumber sumur di lahan Bapak Sumanto kepada masyarakat yang membutuhkan.
Pelaksanaan program ini dimulai dengan uji laboratorium terhadap kualitas air, yang diikuti dengan perencanaan jaringan pipa untuk mendistribusikan air dari sumber ke rumah-rumah warga. Proses perencanaan dilakukan dengan teliti agar dapat menjangkau wilayah-wilayah yang paling membutuhkan air bersih. Selanjutnya, dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pengelolaan air bersih ini, serta pentingnya perawatan jaringan distribusi air agar program ini dapat berkelanjutan dalam jangka panjang.
Bak penampungan air berkapasitas 26.000 liter didirikan di lahan perbukitan milik warga di Dukuh Dlisen, Desa Kadipiro. Lahan tersebut diwakafkan oleh Bapak Kelin untuk kepentingan masyarakat setempat. Air dari sumur milik Bapak Sumanto, yang berjarak sekitar 300 meter dari bak penampungan, dipompa ke bak tersebut dan kemudian dialirkan secara gravitasi karena letak bak yang berada di dataran tinggi. Dengan cara ini, air dapat mengalir dengan lancar ke rumah-rumah warga di lima RT yang ada di Dukuh Ngledok dan Dlisen.
Ridwan Adi Sukmono, Ketua Badan Pengurus Lazismu Sragen, menyatakan bahwa kolaborasi antara berbagai pihak, baik itu dari Fakultas Geografi UMS, Lazismu, PCM Sambirejo, serta masyarakat setempat, menjadi kunci sukses dari program ini. "Setiap pertemuan warga selalu mengeluhkan air yang tidak mengalir meskipun pembayaran tetap berjalan. Ini menjadi salah satu alasan kami melakukan riset terhadap sumber mata air ini. Kami berharap program ini terus berkelanjutan, dan Fakultas Geografi dapat kembali melakukan riset terkait debit air agar sumber air ini bisa dimanfaatkan oleh lebih banyak warga," ungkapnya.
Lebih lanjut, Ridwan berharap bahwa inisiatif ini bisa menjadi model kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga amal dalam menghadirkan solusi nyata bagi permasalahan air bersih. "Kami ingin ini menjadi contoh bahwa dengan gotong-royong dan kerjasama, kita bisa mengatasi permasalahan besar seperti krisis air bersih," tambahnya.
Kehadiran air bersih yang dapat dinikmati tanpa harus dimasak terlebih dahulu tentu menjadi kabar gembira bagi masyarakat setempat. Salah satu warga, Jarot, yang tinggal di Dukuh Ledok RT 022, merasa sangat bersyukur atas keberhasilan program ini. "Saya sangat senang akhirnya air bersih ini bisa segera dinikmati oleh warga. Air ini sudah dites laboratorium di UMS dan dinyatakan layak minum tanpa harus dimasak dulu. Proses ini panjang, mulai dari gotong-royong warga hingga bantuan dari Lazismu, dan sekarang kami bisa memanfaatkannya," ujarnya.
Jarot bukan satu-satunya warga yang merasa terbantu dengan adanya program ini. Banyak warga lainnya juga merasakan manfaat langsung dari air bersih yang kini dapat mereka akses dengan lebih mudah. Mugito, ketua RT 020 Dukuh Ledok, juga menyampaikan harapannya agar program ini dapat terus berkembang dan menjangkau lebih banyak rumah tangga di wilayah tersebut. "Kami sangat bersyukur dengan adanya PAMMU Kadipuro. Sebelumnya, suplai air dari PDAM tidak stabil, sering tidak mengalir, terutama di daerah dataran tinggi seperti tempat kami. Sekarang dengan adanya air dari PAMMU, masalah ini bisa teratasi. Tagihannya juga ringan karena hanya untuk pemeliharaan," jelasnya.
Dekan Fakultas Geografi UMS, Jumadi, S.Si., M.Sc., PhD, menambahkan bahwa program ini tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga menjadi model bagi program-program serupa di masa depan. "Program ini merupakan salah satu bentuk nyata kontribusi Fakultas Geografi UMS dalam membantu masyarakat memecahkan permasalahan krusial seperti air bersih. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi solusi bagi warga, tetapi juga menjadi prototipe bagi program-program serupa di masa depan. Kami berharap PAMMU Kadipuro dapat terus berkembang dan menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain yang memiliki permasalahan serupa."
Ke depan, program PAMMU Kadipuro diharapkan dapat menjangkau lebih banyak wilayah yang membutuhkan, dengan kolaborasi yang lebih luas antara masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak terkait. Masyarakat sekitar juga sepakat untuk mendirikan Paguyuban PAMMU, yang bertugas mengelola sumber air ini dengan baik dan mendistribusikannya secara adil. Selain itu, ada rencana untuk mengemas air tersebut dan memasarkannya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Kadipiro, sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi warga setempat.
Dengan kapasitas bak penampungan mencapai 26.000 liter dan kualitas air yang layak minum langsung, program ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk permasalahan air bersih di wilayah Sragen dan sekitarnya. Peluncuran PAMMU Kadipuro ini menandai langkah awal yang positif dalam mewujudkan kemandirian air bersih di daerah tersebut, dan membawa harapan baru bagi masyarakat yang selama ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses air bersih.Acara peresmian yang ditandai dengan pemotongan pita oleh para pejabat yang hadir tersebut berjalan lancar dan penuh harapan akan keberlanjutan program ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Sragen.