Guru Besar Geografi UMS Tekankan Masyarakat Agar Fokus Tanggulangi Banjir Demak
Guru Besar Geografi UMS Tekankan Masyarakat Agar Fokus Tanggulangi Banjir Demak
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (Alexainfoterkini.com) foto : Istimewa
SOLO - Merespon tragedi bencana alam yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Guru Besar Program Studi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof., Dr., Kuswaji Dwi Priyono, M.Si., memberikan analisis terkait kondisi Kabupaten Demak.
Sebelumnya, Kuswaji Dwi Priyono melakukan penelitian yang dilakukan pada tahun 1997-1998 yang dilakukan di Provinsi Jawa Tengah pada empat kabupaten, yaitu Demak, Jepara, Pati, dan Kudus.
Dari penelitian tersebut, Kuswaji mendapatkan hasil bahwa memang dulunya Selat Muria adalah wilayah perairan yang dahulu memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria. Akibat endapan yang dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, wilayah perairan tersebut berubah menjadi daratan yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.
“Selat muria adalah cikal bakal munculnya kabupaten-kabupaten pantura, seperti Demak, Grobogan dan Pati. Hilangnya selat muria ini diperkirakan terjadi pada abad ke-17 karena sedimentasi yang menyebabkan bersatunya Gunung Muria dan Pulau Jawa. Selat Muria merupakan perairan purba yang kemudian mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material beberapa sungai yang bermuara di daerah yang sekarang disebut Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati,” papar Guru Besar Geografi UMS itu, Rabu, (3/4).
Pendangkalan itu, lanjutnya, juga disebabkan karena longsoran letusan Gunung Muria. Proses pendangkalan Selat Muria diperkirakan sudah terjadi sejak abad ke-13 di mana secara berangsur-angsur, terjadi penyusutan perairan di Selat Muria. Material sedimentasi itu diperkirakan berasal dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi dan Juwana yang membawa material tanah dan bebatuan sehingga perairan selat berubah menjadi daratan.
Kuswaji Dwi Priyono mengungkapkan prediksi pada tahun 2050 mendatang, Kabupaten Demak secara keseluruhan akan tenggelam. Hasil prediksi ini dikeluarkan oleh Climate Central dan berdasarkan simulasi dari organisasi tersebut, tenggelamnya Kabupaten Demak ini juga diikuti dengan kabupaten lainnya, seperti Kudus dan Pati.
"Dengan tenggelamnya Kabupaten Demak beserta daerah lainnya, memungkinkan selat muria yang dulu pernah ada, pemisah antara Pulau Jawa dan Gunung Muria akan muncul kembali," ungkapnya.
Terkait prediksi tenggelamnya Kabupaten Demak pada tahun 2050, Kuswaji menyarankan agar segera dilakukan koordinasi lintas Kabupaten yakni Kabupaten Demak, Jepara, Pati, dan Kudus.
"Diharapkan kepada 4 kabupaten terdampak untuk bersinergi untuk menangani, berupa membenahi fungsi wilayah hulu sebagai discharge area untuk menangkap hujan sebagai daerah resapan air hujan, musim hujan harus dijadikan musim panen air yang disimpan sebagai cadangan air di musim kemarau," pungkas Guru Besar UMS itu. (Yusuf/Humas)