Din Syamsuddin : Pemilu 2024 Jangan Dianggap Sebagai Peristiwa Biasa!
Din Syamsuddin : Pemilu 2024 Jangan Dianggap Sebagai Peristiwa Biasa!
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (Alexainfoterkini.com) foto : Istimewa
SOLO - Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Webinar Series #38 bertemakan "Meneladani Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW (Pesan Isra' Mi'raj 27 Rajab 1445 H)" yang diselenggarakan di Masjid Hj. Sudalmiyah Rais, Kampus II UMS, pada Rabu, (31/1).
Acara tersebut menghadirkan pembicara dari Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tahun 2005 - 2015, Prof., K.H., Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D., dengan moderator Bambang Sukoco, S.H., M.H., yang dihadiri oleh lebih dari 1500 jama'ah yang meliputi Karyawan UMS, Dosen UMS, Tenaga Kependidikan (Tendik) UMS, serta jama'ah umum.
Dalam kajiannya, Prof., K.H., Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D., atau dikenal dengan Din Syamsuddin menyampaikan materi tentang peribadatan hendaknya harus membawa kita sedekat-dekatnya kepada sang pencipta.
Dalam ibadah sholat tidak hanya sebatas bersujud dalam sajadah saja, namun dia mengumpamakan bahwa hendaknya manusia bersujud dalam sajadah panjang (sepanjang hidup), terutama pasca setelah sholat
"Ibadah tidak selesai di salam saja, namun memberi pesan dan makna yang kita tunaikan pasca ibadah itu sendiri," papar Din Syamsuddin.
Menjelang akan digelarnya pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang terdiri atas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), Pemilu Legislatif (Pileg), dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Din Syamsuddin menyampaikan bahwa pemimpin yang seyogyanya dipilih adalah pemimpin yang berakhlakul kharimah, melihat rekam jejak, penampilan, dan perilaku mencerminkan pada Nabi Muhammad SAW.
"Munas Tarjih ke-26 PP Muhammadiyah Oktober 2003 di Padang, merumuskan ada 7 kriteria pemimpin ideal, yaitu Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah, Berwawasan Kenegarawan, Memiliki Kemampuan Hubungan Internasional, Mempunyai Jiwa Perubahan," lanjut dia.
Din Syamsuddin menegaskan bahwa pengangkatan dan pemilihan pemimpin itu wajib hukumnya secara syariat dan rasional sekaligus. Kepemimpinan itu melanjutkan misi kenabian, terutama untuk pemeliharaan keagamaan, meningkatkan syiar dan peribadatan.
Menjelang Pilpres 2024, ia berharap agar Pemilu tersebut jangan dianggap sebagai peristiwa biasa.
"Ini peristiwa penting, jangan memilih untuk tidak memilih, alias golput," tegasnya.
Karenanya, tidak akan menunjukkan sikap bertanggungjawab sebagai warga bernegara jika ada yang tidak menggunakan hak pilihnya, dan bisa jadi akan menguntungkan pihak tertentu.