Kerjasama PSPP UNS dan Surakarta Daily, Diskusi Surakartanesia #001 “Pemilu Asik, Tak Berisik”
Kerjasama PSPP UNS dan Surakarta Daily, Diskusi Surakartanesia #001 “Pemilu Asik, Tak Berisik”
ditulis kembai oleh Eko Prasetyo (Alexainfoterkini.com)
SOLO – Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerjasama dengan Surakarta Daily selenggarakan diskusi #Surakartanesia. Forum diskusi rutin ini dihadiri narasumber kompeten merespons situasi dan kondisi terakhir, baik isu skala nasional atau lokal. Surakartanesia #001 bertajuk ‘Pemilu Asyik Tak berisik’ dihelat di Ruang Sidang I LPPM UNS, mulai pukul 13.30. Dihadiri lebih dari 70 peserta, forum ini memperbincangkan berbagai fenomena, persoalan, usulan solusi, hingga berbagi pengalaman aktual (Senin, 11/12/2023).
Chairman Surakarta Daily, Arif Giyanto, dalam sambutan pengantarnya menggarisbawahi pentingnya diskursus mumpuni di berbagai kalangan untuk menyambut Debat Capres perdana. Kepedulian para pemilih akan kapasitas intelektual Calon Presiden yang direpresentasi oleh penjelasan isu-isu strategis pada Debat Capres dapat menumbuhkan preferensi komprehensif sebagai bekal pencoblosan saat Pemilu nanti. “Pemilu Asyik Tak Berisik” dapat disebut sebagai kampanye positif untuk menyambut perhelatan kontestasi kepemimpinan nasional, Pemilu 2024. ‘Asyik’ berarti prosesi Pemilu berlangsung dengan baik tanpa insiden yang mengkhawatirkan. ‘Tak Berisik’ dimaknai sebagai perilaku kandidat dan para pemilih yang memerankan diri masing-masing dengan kualitas prima. Bukan mengumbar sikap-sikap negatif yang tak perlu,” jelas Arif.
Sedangkan, Kepala PSPP UNS Surakarta, Prof. Dr. Leo Agung S, M.Pd menyampaikan bahwa Pancasila sebagai suatu dasar negara dan menjadi dasar penyelenggaraan kehidupan berbangsa bernegara. Demokrasi terjadi melalui arena pemilihan umum atau pemilu. Namun demikian, sila ketiga persatuan Indonesia dalam pemilu 2024 yang diikuti 24 parpol dan 3 paslon presiden tetap harus menjunjung persatuan dan kesatuan sekarang sudah tampak ada gesekan. Sehingga dengan pengamalan dan pembumian nilai-nilai Pancasila khususnya di sila ke-3 dan 4, maka pelaksanaan pemilu 2024 akan tetap berjalan dengan damai,” pesan Kepala PSPP UNS Surakarta.
Mengawali diskusi Surakartanesia #001 bertema “Pemilu Asik, Tak Berisik” Ruang Sidang 1 LPPM UNS dipandu moderator Galang Taufani. Narasumber pertama, Dina Hidayana yang merupakan calon legislatif (Caleg) dari Partai Golkar menyampaikan pertanyaan apakah pembangunan kita saat ini sudah sampai pada tujuan kita? Kita lihat indeks demokrasi kita, sudah demokratis ngga sih? Karena kita mengalami kemrosotan yang serius. Tantangan dan tanggung jawab kita bersama untuk berusaha memperbaiki apa yang kurang dalam pelaksanaan demokrasi,” ungkap politisi Partai Golkar tersebut.
Pemilu asik ini menarik. Kalau dari rangkaian, salah satu tujuan dalam melakukan pemilu yang aman adil damai sejahtera, bagaimana kita bisa naikkan indeks demokrasi kita agar semakin baik? Kita menghadapi persoalan money politik. Anak-anak muda banyak yang malas masuk politik karena membayangkan perlu mengeluarkan uang banyak. Saya mengingatkan kita semua, kita berjuang, persoalan money politik ini harus kita akhiri bersama-sama, karena kita harus turut menciptakan pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas,” terang Dina Hidayana.
Narasumber kedua, Kurniawan Eko Susetyo yang merupakan Caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyampaikan bahwa PSI merupakan partai yang paling muda, isinya juga anak-anak muda. Ketuhanan yang maha esa ini sangat penting agar bisa bertoleransi di tengah berbagai perbedaan. Kami mendorong sertifikat rumah ibadah yang gratis. Kita juga menolak money politik karena serangan fajar itu juga bahaya,” terang politisi PSI tersebut.
Kita punya spirit, memerangi anti korupsi. Para koruptor itu tidak takut penjara, koruptor takut miskin. Misalnya, anak muda di Amerika tidak mau mencoblos, di Inggris juga sama kurang dari 25%. Sehingga mari kita perbaiki negara kita dengan menggunakan hak pilih. Di PSI kami mendengar suara anak muda dan kita ajak berdemokrasi. Kami mengajak anak muda bersama PSI untuk mendorong beasiswa untuk mahasiswa. Mari kita berdiskusi yang santai tapi tetap santun,” ujar Kurniawan Eko Susetyo yang kini menjadi Caleg DPR RI dari PSI.
Selanjutnya, narasumber Agus Zaini menyampaikan bahwa pemilu itu penting karena mempunyai fungsi utama untuk memilih pemimpin.pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan. Ketika kita memilih pemimpin harus ada alasan tertentu. Apa yang sudah dibangun Pak Jokowi saat ini bisa dilanjut? Kita perlu mencermati dari mana awal kegaduhan politik pilpres 2024 ini,” terang Agus Zaini, direktur Cakra Manggilan Institute.
Begitu pula dengan Dharma Rozali Azhar yang mengatakan bahwa anak muda perlu memaksimalkan previlage mudanya itu untuk berdiskursus dan mencari ilmu. Ada masalah yang belum selesai dari zaman pra reformasi. Money politic kita itu nomor 2 setelah Uganda. Ada rumus eksak pasti. Money politic yang tersembunyi itu akan sangat mengerikan,” terang Dharma Rozali Azhar yang saat ini menjadi Tim Advokasi Peduli Pemilu.
Bahkan, akademisi dari UNS, Dr. Bramastia, M.Pd menyampaikan bahwa akademisi itu boleh salah, tapi tidak boleh bohong. Bagaimana tidak berisik? Ada berbagai fenomena politik yang kadang jauh dari nalar ilmiah, maka harus berisik terhadap konsistensi terhadap konstitusi. Kita harus berisik. Kalau kita berbicara tentang peserta pemilu. Kita harus berupaya menjadi pemilih yang cerdas dan mencerdaskan para pemilih yang diluar kita. Bahkan tentang birokrasi yang netral, semestinya tidak boleh ada intimidasi. Begitu pula terkait penyelenggara pemilih harus berkompeten dan berintegritas. Dari aspek moralitas itu juga perlu diperhatikan. Pemilu yang berintegritas perlu diciptakan dan diperjuangkan,” terang Dr. Bramastia, M.Pd yang juga peneliti PSPP UNS Surakarta dan penulis buku Mati Ketawa ala Solo Raya.
Terakhir, narasumber Bagus Sigit menyampaikan bahwa menteri Komunikasi mengatakan bahwa pemilu damai berfokus untuk menggunakan hak memilih dan hak dipiilih. Sehingga kita melakukan pemilu cerdas. Mengenai ilmu pun itu ada yang ilmu nyata dan ilmu keyakinan. Selayaknya kita menjaga ruang digital agar tetap sehat dan kondusif. Karena melaksanakan pemilu serentak itu berat,” ungkap Bagus Sigit Setiawan, pimpinan Solo Institute dan penulis buku Santri Surakartan.