Model Penyediaan Air Bersih Berbasis Ekososiodrainase di Kawasan Perkotaan: Upaya Mitigasi Banjir dan Kekeringan
Model Penyediaan Air Bersih Berbasis Ekososiodrainase di Kawasan Perkotaan:
Upaya Mitigasi Banjir dan Kekeringan
Oleh: Triyono
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (Alexainfoterkini.com}
Permasalahan banjir dan kekeringan rasanya tidak pernah berhenti dan hampir terjadi silih berganti sepanjang tahun di belahan muka bumi ini. Permasalahan serupa terjadi pada lokasi penelitian ini di Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) terjadi ancaman banjir pada bulan Februari 2019. Tercatat 28 titik lokasi genangan baru selain 29 titik genangan lama yang terjadi sejak tahun 2015, sehingga bertambah menjadi 57 titik lokasi genangan. Kejadian kekeringan menyusul setelah musim kemarau tiba, bahkan tahun 2019 tercatat sebagai kemarau panjang dengan bulan kering mencapai 8 bulan (April s/d Nopember). Beberapa warga mengeluh karena turunnya muka air sumur bahkan ada yang kering sehingga harus dibor untuk mendapatkan air tanah. Kedalaman muka air sumur di musim hujan berkisar 6~8 meter dan pada musim kemarau turun berada pada kedalaman berkisar 11~12 meter, sehingga terjadi fluktuasi penurunan muka air tanah berkisar 3~6 meter. Berbagai kejadian banjir dan kekeringan tersebut diatas diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab, antara lain; faktor iklim ekstrem, penurunan daya dukung lahan Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan dan implementsi pengembangan kawasan, kesalahan konsep drainase dan faktor sosio-hidraulik. Perlunya model keterpaduan sistem pengelolaan air hujan agar tidak menimbulkan permasalahan banjir dan kekeringan, merubah pola pikir bahwa air hujan itu berkah penuh manfaat dan daya guna dan bukan daya rusak.
Tujuan utama penelitian ini adalah membuat model penyediaan air bersih berbasis ekososiodrainase yang memadukan pengelolaan sistem penyediaan air bersih dan ekodrainase sebagai upaya mitigasi banjir dan kekeringan. Rekayasa sosial dibuat untuk mendapatkan modal sosial guna menguatkan model ekososiodraianse melalui keterpaduan penyediaan air bersih dan ekodrainase. Tujuan penunjang penelitian adalah menganalisis kondisi eksisting penyelenggaraan air bersih dan drainase, membuat rekayasa penyediaan air bersih dengan pemanfaatan air hujan menjadi sumber air baku sebagai upaya mitigasi kekeringan di musim kemarau, dan membuat rekayasa ekodrainase sebagai upaya mitigasi banjir di musim hujan.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan analisis multi kriteria Analytical Hierarchy Process (AHP) dan pemodelan Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis data kuantitatif dibuat rentang kelas, kemudian dilakukan pembobotan dan perangkingan sehingga diperoleh nilai prioritas. AHP digunakan untuk memilih hasil yang paling sesuai berdasar alternatif, kriteria dan tujuan yang hendak dicapai. SIG digunakan untuk menganalisis spasial berdasar hasil perangkingan disajikan dalam bentuk peta. Hasil akhir berupa model keterpaduan sistem ekososiodranase berisi hubungan antara variabel terikat berupa penyediaan air bersih dan variabel bebas berupa ekodrainase, sosial, pemanenan air hujan (PAH), keandalan, dan keberlanjutan. Penyediaan air bersih meliputi komponen air baku, produksi, distribusi dan pelayanan. Ekodrainase meliputi komponen tampung, resapkan, alirkan dan pelihara (TRAP). Sosial meliputi komponen kebutuhan, kemauan, kemampuan dan partisipasi. PAH meliputi komponen air bersih, kesehatan, ekonomi, sosbud dan lingkungan. Keandalan meliputi komponen kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan. Keberlanjutan meliputi komponen lingkungan, sosial, ekonomi, kelembagaan, teknis dan hukum.
Hasil penelitian ini adalah model penyediaan air bersih berbasis ekososiodrainase sebagai upaya mitigasi kekeringan dan banjir dengan memadukan pola penanganan terintegrasi dalam sistem penyediaan air bersih dan ekodrainase. Model ini membuktikan peran sosial melalui partisipasi masyarakat sebagai modal sosial secara signifikan mempengaruhi keberhasilan dalam upaya mitigasi kekeringan dan banjir. Untuk menjamin keberlanjutan sistem perlu menempatkan masyarakat sebagai subyek dengan pelibatan langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan operasi dan pemeliharaan. Masyarakat sebagai modal sosial membutuhkan lembaga dengan kepemimpinan yang kuat. Akan tetapi pada kenyataanya untuk menggerakkan modal sosial mengalami kendala, terutama terkait adanya kelembagaan dan kepemimpinan (leadership) yang belum stabil. Model ekososiodrainase diperkuat dengan hasil yang menunjang pada penelitian ini adalah Rekayasa penyediaan air bersih melalui pemetaan potensi dan kebutuhan PAH menghasilkan zona prioritas PAH dan potensi sosial sebagai upaya mitigasi kekeringan. Rekayasa ekodrainase dengan sistem TRAP terbukti mampu mengurangi banjir hingga 66,59%, dimana air hujan ditampung 15,27%, diresapkan 61,36% dan dialirkan 23,37%.
Penelitian ini menghasilkan kebaruan (novelty) berupa keterpaduan sistem penyediaan air bersih dan drainase berkelanjutan sebagai upaya mitigasi banjir dan kekeringan. Temuan penting dari kebaruan penelitian ini, antara lain: 1) Keberlanjutan sistem penyediaan air bersih berbasis berbagi sumberdaya air sebagai upaya mitigasi kekeringan; 2) Keandalan sistem penyediaan air bersih berbasis ruang terbuka hijau; 3) Modal sosial dalam hubungan antara ekodrainase dan PAH; 4) Rekayasa ekodrainase sebagai upaya mitigasi banjir; dan 5) Model penyediaan air bersih berbasis ekososiodrainase: Eko: aspek lingkungan biotik, Sosio: aspek lingkungan sosial, dan Drainase: aspek lingkungan abiotik/fisik.
Kontribusi penelitian ini membuka pemahaman bahwa air hujan sebagai obyek yang ditelaah menjadi sumber air baku utama bagi penyediaan air bersih. Model penyediaan air bersih berbasis ekososiodrainase, bermanfaat bagi pengelolaan air hujan agar mempunyai manfaat lebih besar bagi seluruh kehidupan dan sekaligus sebagai upaya mitigasi banjir dan kekeringan. Rekayasa penyediaan air bersih melalui PAH sebagai sumber air baku alternatif selain air tanah dan air permukaan, sehingga mampu mengatasi kekeringan pada saat musim kemarau. Rekayasa drainase berkelanjutan dengan metode TRAP mampu mengatasi banjir di musim penghujan. Manfaat penelitian ini adalah implementasi metode TRAP dengan PAH untuk berbagai kepentingan; air bersih, kesehatan, sosial budaya, lingkungan dan ekonomi. Air hujan bermanfaat bagi seluruh kehidupan, menjadi daya guna dan bukan daya rusak. Masyarakat sebagai subyek memegang posisi kunci dan strategis untuk bergerak dan sadar bahwa air hujan betul-betul menjadi rahmatan lil alamin, dan tidak lagi menjadi obyek yang selalu dipersalahkan bahkan menjadi tersangka tatkala terjadi banjir dan kekeringan. Masyarakat mempunyai modal sosial untuk mengelola air hujan menjadi berdaya guna atas dasar kebutuhan, kemauan, kemampuan dan partisipasi yang terbentuk di dalam sosial masyarakat itu sendiri.