Kekuatan Bahasa sebagai Psikoterapi Pragmatik dalam Kehidupan
Kekuatan Bahasa sebagai Psikoterapi Pragmatik dalam Kehidupan
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa
"Kawan, bahasa memiliki kekuatan psikoterapi pragmatik untuk menembus ruang dan waktu tanpa batas dalam segala konteks kehidupan "
Kala mentari pagi mulai terbangun dari mimpinya dan tersenyum manis dengan semburat sinarnya tergerai indah memesona sepanjang masa wajah cantiknya. Sungguh indah senyum manisnya kala menyapa semesta dengan bisikan pelan dan mesra “Yakinlah, mataharimu akan selalau menyinari dunia sepanjang masa bersama Arfuzh Ratulisa dalam pelukan semesta” Bahasa menjadi alat komunikasi manusia yang memiliki kekuatan hebat luar biasa. Kekuatan bahasa sangat hebat luar biasa dalam segala konteks kehidupan sehari-hari. Bahasa memiliki fungsi struktural secara diadik, yakni dilihat berdasarkan bentuk dan fungsi sedangkan secara triadik, yakni dilihat berdasarkan bentuk, fungsi, dan konteks, bahasa memiliki kekuatan fungsional dalam segala konteks kehidupan sehari-hari.
Salah satu kekuatan fungsional bahasa kontekstual sebagai psikoterapi pragmatik dalam kehidupan manusia sehari-hari berkaitan dengan segala permasalahan psikologis yang dihadapinya. Berdasarkan tesaurus KBBI online psikoterapi merupakan cara pengobatan dengan menggunakan pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) penderita, dengan cara tidak menggunakan obat-obatan tetapi dengan metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis, dan sebagainya; terapi psikologi. Sementara itu, pragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang memahami maksud dibalik ujaran seseorang yang terikat dnegan konteks. Dengan demikian kekuatan bahasa sebagai media psikoterapi pragmatik permaslahan yang dihadapi oleh setiap manusia yakni sebagai alat untuk memahami kondisi psikologis sesorang dengan memahami implikatur yang diwujudkan melalui ujaran-ujaran verbal dan konteks nonverbal untuk menyugesti, menasihati, menghibur, dan menghipnosis lawan tutur kita dalam komunikasi seharai-hari.
Setiap manusia memiliki permasalahan yang beraneka ragam dalam kehidupannya masing-masing. Tidak semua masalah dapat diungkapkan secara tersurat kepada lawan tutur tetapi diungkapkan secara tersirat melalui konteks verbal dan nonverbal yang sering disebut dengan implikatur. Dalam perspektif pragmatik komunikasi antara penutur degan lawan tutur akan dapat saling memahami berbagai permasalahan yang dihadapi apabila memiliki pengalaman bersama, ikatan emosional, memahami pengalaman hidup dan kehidupanya secara lengkap dan berkelanjutan. Oleh karena itu, fungsi pemahaman diri dan pengalaman kehidupan penutur dengan lawan tutur akan sangat mendukung penggunaan bahasa sebagai alat psikoterapi pragmatik untuk menyelesaikan masalah tanpa masalah (ingat, jangan sampai kalah dengan pegadaian yang juga selalu berprinsip menyelesiakan masalah tanpa masalah ) dalam berbagai konteks kehidupan. Misalnya: Ibu dengan anak, guru dengan peserta didik, dosen dengan mahasiswa, kaprodi dengan dosennya, kepala dengan anak buahnya, teman dengan sejawat, sahabat dengan teman karib, dan lain sebagainya. Perwujudan nyata kekuatan bahasa sebagai alat psikoterapi pragmatik tentu akan menjadi alat komunikasi efektif dalam berbagai konteks psikologis antara penutur dengan lawan tutur berbasis pengalaman bersama yang terikat konteks kehidupan.
Bahasa memiliki kekuatan sebagai psikoterapi pragmatik dapat diwujudkan dalam bentuk: (1) sugesti, (2) nasihat, (3) hiburan/humor, dan (4) hipnosis yakni untuk memengaruhi lawan tutur dengan mengetahui, memahami, mengurai, dan memberikan solusi secara bijak dan menyenangkan hati lawan tuturnya. Contoh: Adi: “Sudahlah Lin, yang sudah ya sudah, yang belum nanti diatur dan disiapkan lagi dengan tabah dan sabar ya. Yang penting kita tetap bahagia dan tersenyum 228 (2 cm ke kiri, 2 cm ke kanan, 8 cm mengembang) dalam segala konteks kehidupan yang harus tetap diikuti jalan ceritanya.” Ulin: “Ya Adi, saya sangat memahami akan segala permasalahan yang saya hadapi ini merupakan skenario sang penguasa jagat semesta untukku. Semua tetap akan ceria dan selesai sesuai dengan alur kehidupan yang harus kujalani dan kunikamti. Kudengar kicau burung yang begitu indah memesona itu tentu akan menghibur dan meberikan kekuatan pada kita untuk tetap bersemangat seperti mataharimu” Adi: “Huaaahaa…betul sekali bosquu. Kita hanya sebagai wayang yang harus tetap taat dan tunduk pada sang dalang yang mengatur jalannya kehidupan ini”. Ulin: “Siap grak..juga bosqu…yang penting kita tetap tegak berdiri dan tersenyum bahagia bersama dalam pelukan semesta ya” Adi: “Siap bosqu…guasken, tetap semangat dan tersenyum 228 ya” Merujuk pada dialog antara dua sahabat Adi dan Ulin tersebut memberikan deskripsi kekuatan bahasa sebagai psikoterapi pragmatik dari penutur Adi yang dapat memberikan sugesti, motivasi, nasihat, dan menyuntikkan virus-virus psoitif kepada Ulin agar tetap tegar, tabah, dan sabar menghadapi dan menjalani segala ujian dan cobaan yang sedang dijalaninya. Dengan demikian, funsgi psikoterapi pragmatik ini sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan yang beragam bagi seluruh umat di seluruh pelosok negeri oleh siapa pun dan di mana pun berada.
Upaya terbaik untuk dapat memberikan psikoterapi pragmatik seorang penutur dengan lawan tutur yang sedang mengalami permaslahan psikologis dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip psikoterapi prgamatik sesuai dengan konteks permasalahan masing-masing. Proses psikoterapi prgagmatik ini dapat dilakukan dengan kata kunci saling memahami, mengerti, menghargai, dan memberikan solusi dengan mengunakan bahasa yang baik, santun, dan diksi-diksi yang dapat memberikan dampak positif kepada lawan tutur secara berkelanjutan. Misal: “Kawan, yakinlah kita akan dapat ikut serta menyinari dunia seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi sepanjang hari, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia”. Atau saat bertemu dengan sahabat yang lagi menghadapi permasalhan dapat dikatakan “Semua orang memiliki masalah, bergantung kita menyikapi masalah tersebut dengan senyuman atau dengan kesedihan, yakinlah selesaikan masalah tanpa masalah pasti pemilik semesta tetap akan membersamai kita” Oleh karena itu, dalam komunikasi antara penutur dengan lawan tutur akan sangat menyenangkan karena mengimplementasikan implikatur, praanggapan, prinsip kerja sama, prinsip kesantunan, deiksis, dalam perspektif pragmatik yang selalu menguatkan dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Kekuatan bahasa sebagai psikoterapi pragmatik dalam berbagai konteks permasalahan kehidupan sehari-hari.
Kekuatan bahasa sebagai psikoterapi pragmatik sangat menyenangkan dan membahagiakan semua umat untuk kemaslahatan sepanjang hayat. Dengan kekuatan bahasa manusia dapat memberikan kesejukan, kedamaian, hiburan, nasihat, sugesti, hipnosis, dan solusi efektif dalam menyelesaikan masalah apa pun tanpa masalah. Semua bergantung teknik dan cara mengomunikasikan dan menyelesaikan masalah tersebut secara bertahap dengan teknik komunikasi dan psikoterapi pragmatik yang baik, benar, santun, dan terus menjaga kebhinekaan dalam segala perbedaan. Yakinlah saat bahasa digunakan dengan baik dan santun pastilah bangsa Indonesia akan terus berdamai dengan kerukunan umat beragama, bahasa, seni, budaya dan politik yang berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan berbangsa dan bernegara dalam naungan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, marilah kita berlatih dan terus berlatih menjadi teladan dan contoh berbahasa yang baik, benar, dan santun baik secara langsung maupun pada media sosial untuk menciptakan perdamaian dan kedamaian sepanjang masa di jaga semesta tercinta ini.
“Senyuman semesta dengan semburat sinar yang tergerai dengan indah memesona akan terus membuatku gila untuk bermimpi dan berimajinasi untuk terus menyinari dunia sepanjang masa”
Beranda Cinta Istana Arfuzh Ratulisa, 27 April 2023