Belajar Berinfaq, Menahan Amarah, dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain Berbasis Silaturahmi Hari Raya Idulfitri
Belajar Berinfaq, Menahan Amarah, dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Berbasis Silaturahmi Hari Raya Idulfitri
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa
"Kawan, indahnya bersilaturahmi sambil berbagi cerita pengalaman hidup, berinfak, bersedekah, menahan amaraah, saling memafkan, dan saling berbagi ilmu sebagai pelita yang menjadi rujukan dan dirindukan umat sepanjang hayat"
Kawan, satu bulan penuh umat muslim di dunia menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Selama satu bulan penuh digodok di kawah candra dimuka dengan dikuatkan lahir batinnya dengan menahan haus, lapar, nafsu, dan semua keinginan pribadi yang dapat membatalkan puasa agar menjadi manusia yang bertaqwa. Alahmdulillah ujian dan tantangan itu telah dilewati dengan segala rintangan dan diperkuat dengan proses belajar-membelajarkan diri melalui para ustad, dai, dan da’iah yang memberikan ceramah sehabis shalat, membaca al quran, dan al hadist sebagai bagian pengembangan dan penguatan kompetensi hardskill dan softskill religius secara berkelanjutan. Selain itu, ucapan terima kasih kepada Saudara-saudara kita yang beragam lain juga saling menjaga, menghargai, menghormati untuk saling menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Target dan tujuan berpuasa di bulan Ramadhan adalah menjadi orang yang bertaqwa. Hal ini selaras dan senada dengan perintah_Allah pada Quran Surat Ali ‘Imran ayat ke-133: Surga seluas langit dan bumi untuk orang bertaqwa. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” Merujuk pada ayat tersebut, apakah kita semua sudah mencapai target dan tujuan tersebut? Semoga kita semua sudah mencapai target tersebut, yakni menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah swt agar dapat menempati surga allah yang seluas langit dan bumi. Komitmen untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa harus dibangun dan diniatkan dalam diri sebagai komitmen religius agar benar-benar dapat diwujudkan secara bertahap dan berkelanjutan sepanjang hayat hidup kita di muka bumi untuk mempersiapkan bekal dan investasi di usia yang kedua nanti.
Menjelang hari raya idulfitri pada suatu senja di beranda Istana Arfuzh Ratulisa tercinta saat menyimak perbincangan Pakde Mamad dengan Grendis. Pakde Mamad: “Mudik kapan Grendis? Grendis: “Saya ndak mudik Pakde. Saya pulang sebelum lebaran terus akan lebaran di lereng pegunungan saja sambil menenangkan hati” Pakde Mamad: “Lho, hatimu memang kenapa harus ditenangkan? Grendis: Hahaha….tidak kenapa-kenapa pakde. Maksudnya belum tenang karena belum terima fitrah dari Pakde! Pakde Mamad: Huhahaha….ternyata oh ternyata cerdas sekali Grendis. Pakde kira…Grendis lagi patah hati. Setahuku, jatuh cinta saja belum kok patah hati..he..he..he? Grendis: Iya Pakde, ini hati sebenarnya rindu sama Bapak dan Ibu, tapi beliau sudah tiada. Jadi saya tidak dapat sungkem dan silaturahmi pada hari raya idulfitri tahun ini. Pakde Mamad: “Ya sudah, besok Grendis bisa silaturahmi ke tempat pakde dan saudara-saudaramu sebagai pengganti kedua orang tuamu ya.” Berdasarkan percakapan di atas, dapat digambarkan bagaimana rindunya anak dan rindunya kedua orang tua saat terindah dapat bersilaturahmi pada saat hari raya idulfitri tiba. Bukan oleh-oleh beraneka ragam yang dirindukan oleh kedua orang tua dan sanak saudara kita di kampung tetapi kerinduan sepenuh hati dengan senyum 228 (dua cm ke kiri, dua cm ke kanan, dan 8 cm mengembang) yang ada dalam hati kitalah yang menjadi oleh-oleh terbesar dan paling berharga bagi kedua orang tua kita bersama saudara-saudara kita di kampung selama satu tahun. Syukur-syukur apabila ada sedikit infaq dan sedekah untuk kedua orang tua, saudara, sanak famili, masyarakat, dan teman-teman seperjuangan itu akan lebih baik lagi dan akan menjadi amal jariah yang tidak akan lekang oleh waktu pahalanya.
Bersilaturahmi pada hari raya idulfitri dilaksanakan dengan penuh perjuangan antardesa, antarkota, antarprovinsi, bahkan antarnegara yang sering dikenal dengan tradisi pulang kampung atau mudik. Semua itu dilakukan dengan penuh rasa gembira, Bahagia, keihklasan untuk dapat bersilaturahmi dan berinfaq/bersedekah kepada kedua orang tua (atau ziarah bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia) bagi sanak famili, handai taulan, dan masyarakat di sekitarnya. Selain itu dengan bersilaturahmi benar-benar akan menjadi proses untuk belajar dan membelajarkan diri untuk saling memaafkan (kesalahan) orang lain kepada kita, menahan amarah, dan berinfak kepada kedua orang tua, saudara, masyarakat, dan teman-teman kita yang dahulu menjadi teman seperjuangan saat di kampung. Perjalanan hidup tidak ada yang tahu, ada yang memiliki lika-liku cerita dan pengalaman saat masih kecil, remaja, dan dewasa tetapi semua lelah, duka, dan perjuangan itu terasa manis terhapus lelahnya saat bersilaturahmi kepada kedua orang tua, sanak saudara, famili, handaitaulan, teman seperjuangan, dan seluruh kenikmatan dan rasa syukur kepad-Nya menjadi tumbuh meningkat atas pelajaran yang diperoleh dari konteks kehidupan di sekeliling kita.
Fadilah bersilaturahmi saat hari raya idulfitri benar-benar akan mewujudkan 5B, yakni: bersilaturahmi, berkomunikasi, berkolaborasi, beraksi, dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk multigenerasi NKRI. Lima B ini menjadi pilar dasar untuk meujudkan ketaqwaan seseorang setelah menjalani proses puasa satu bulan penuh untuk menjadi orang yang bertaqwa. Hal ini sejalan dan senada dengan perintah Allah swt. pada Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat ke-134: “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” Dengan merujuk ayat tersebut, kita harus benar-benar dapat melakukan 5M, yakni: membaca, memahami, mengamalkan, mengevaluasi, dna menindaklanjuti sebagai bekal kehidupan satu tahun ke depan menuju bulan ramadahn dan idul fitri tahun depan dan tahun-tahun berikutnya. Semoga dengan puasa dan silaturahmi kita tahun ini dapat menjadi bekal hidup yang lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi untuk menyebarkan virus-virus positif kepada seluruh saudara-saudara kita di pelosok tanah air dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan sebagai upaya mewujudkan kebhinekaan yakni berbeda-beda agama tetapi tetap satu bangsa dan negara Indonesia tercinta.
Kawan, masih ada waktu untuk bersilaturahmi, berinfaq, menahan marah, dan belajar memaafkan kesalahan Saudara-saudara kita di pelosok tanah air, baik yang meminta maaf atau pun belum minta maaf. Maafkanlah dan doakanlah yang terbaik insyallah semua maaf dan doa terbaik itu akan dikemablikan kepada diri kita masing-masing oleh malaikat yang diperintahkan langsung oelh Allah swt. Target dan tujun kita untuk menjadi manusia yang bertaqwa adalah belajar bersilaturahmi untuk: (1) dapat memaafkan (kesalahan) orang lain, baik diminta maupun tidak diminta, (2) menahan amarah dalam segala situasi dan kondisi apa pun, baik ada yang mengingatkan maupun tidak kepada siapa pun dan dimana pun, dan (3) berlatih bersedekah dan berinfaq dalam keadaan lapang dan sempit kepada orang tua, sanak-saudara, famili, masyarakat di sekita kita, teman-teman seperjuangan, dan seluruh masyarakat Indonesia yang memerlukan sedekah dan infaq kita tanpa membeda-bedakan. Komitmen untuk dapat merawat dan menajaga silaturahmi kepada kedua orang tua, antar saudara, famili, teman, masyarakat, dan seluruh masyarakat akan memberikan dampak yang sangat positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga terwujud masyarakat yang adil dan sejahtera dalam segala situasi dan kondisi kebersamaan dengan bersilaturahmi sepanjang masa. Bersilaturahmi, berbagi maaf, sedekah, infaq, menahan amarah, dan saling bergotong royong menjadi intisari bermasyarakat, bersosial, bermartabat, dan berkebhinekaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bagi seluruh masyarakat NKRI. Semoga silaturahmi pada hari raya idulfitri ini akan terjaga dan menjadi embrio virus-virus positif dan berkelanjutan meskipun tidak pada hari raya idulfitri.
“Kawan, keindahan senja akan terukir indah senyuman manis dalam silaturahmi yang membukakan ruang kerinduan bersama saat kita berlietrasi dengan Ratulisa di beranda cinta Arfuzh Ratulisa sepanjanag masa”
Lereng Merbabu, 23 April 2023