Fintech Center UNS Bahas Outlook Ekonomi dan Keuangan Global pada 2023
Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-47 UNS tahun 2023 yang mengambil tema “Akselerasi Sumber Daya Kreatif dan Inovatif dalam Menghadapi Krisis Global melalui Kebersamaan Menuju Indonesia Emas”.
Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H. M.Hum., membuka kegiatan seminar yang berlangsung pada pagi hari. Dalam sambutannya, beliau berpandangan seminar ini sangat penting demi memberikan perspektif, pengetahuan, dan proyeksi terkait dengan ekonomi dan sektor keuangan pada 2023. Hal ini menanggapi isu resesi pada 2023 yang diperkirakan menimpa sepertiga negara di dunia akibat dari tekanan geopolitik dan ketidakpastian global.
Prof. Jamal meminta agar semua pihak tetap waspada terhadap potensi dampak dari kemungkinan resesi global. Terlebih lagi dalam kaitannya dengan penurunan permintaan global terhadap produk-produk ekspor Indonesia maupun kemungkinan spillover yang lain dari potensi resesi global.
“Kami berharap Universitas Sebelas Maret berkontribusi dalam pemecahan-pemecahan masalah nasional dan global, salah satunya terkait dengan bagaimana menghadapi potensi krisis global dan dampaknya kepada perekonomian Indonesia,” harap Prof. Jamal.
Seminar internasional ini menghadirkan beberapa narasumber. Mereka adalah Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2017-2022, Prof. Dr. Wimboh Santoso. S.E., M.Sc., Ph.D.; Executive Director Segara Research Institute, Dr. Piter Abdullah; Direktur Grup Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dr. Herman Saheruddin. Selain itu, Fintech Center UNS turut mengundang ekonom dari Amerika, yakni Prof. John Goodell dari University of Akron, Ohio, USA; serta Prof. Kabir Hassan dari University of Orleans, USA.
Salah satu narasumber, Prof. Wimboh menyampaikan materi bertajuk “Economic Impact of Crisis”. Topik ini Prof. Wimboh angkat guna membayangkan krisis-krisis yang mungkin terjadi kedepannya. Beliau mengawali materi dengan menyampaikan beberapa krisis global yang pernah terjadi, seperti Asian Crisis, Lehman Crisis, dan Corona Crisis.
“Setiap krisis itu pasti akan mengakibatkan nilai aset turun karena yang mau beli aset tidak ada lagi. Kekayaannya langka. Nilai aset itu bisa rumah, saham, surat berharga turun nilainya. Jadi, wealthiness orang-orang turun. Kalau sampai wealthiness orang-orang turun otomatis oversupply,” terang Prof. Wimboh.
Corona crisis sebagai krisis terkini yang menghantam dunia dijelaskan Prof. Wimboh sebagai situasi yang lebih berat. Hal ini karena krisis tersebut berawal dari pandemi yang memaksa semua orang untuk tetap berada di rumah ketika vaksin belum ditemukan. Kondisi inilah yang memicu krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah.
Proses pengembalian kondisi pasca pandemi menurut Prof. Wimboh membutuhkan kesabaran. Perlu Makroprudensial yang terukur dan terpantau secara berkala. Khusus Indonesia, beliau mengimbau agar para pihak tidak khawatir dengan situasi saat ini. Poin penting adalah langkah terukur yang diambil pemerintah dalam menggenjot perekonomian pertumbuhan nasional.