Rapat Kerja Nasional AIPKI Menghasilkan Rekomendasi
Rapat Kerja Nasional AIPKI Menghasilkan Rekomendasi
SOLO - Hasil rapat kerja Nasional Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) yang berlangsung sejak tanggal 27 hingga 29 Januari 2023 di Hotel Sunan Solo menurut Pengurus AIPKI, beberapa rekomendasi. Wakil Ketua I AIPKI Prof. Dr.dr. Ari Fahrial Syam didampingi Prof Dr. dr. Reviono yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan Dr. Flora yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Univeritas Muhammadiyah Surakarta mengatakan rapat nasional menghasilkan beberapa rekomendasi. Rekomendasi yang dihasilkan dalam forum yang berlangsung pada Jumat—Minggu (27—29/1/2023) ditujukan untuk pemerintah, terutama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) serta pemangku kebijakan lainnya.
Dalam jumpa pers yang diadakan pada Minggu (29/1/2023) di Auditorium FK UNS, Wakil Ketua 1 AIPKI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH. menyampaikan bahwa terdapat empat garis besar hasil rapat kerja nasional Forum Dekan AIPKI.
“Pertama, Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis dilaksanakan oleh institusi pendidikan sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Kedua, realisasi insentif dan beasiswa bagi peserta didik PPDS sesuai undang-undang. Kemudian, penguatan implementasi Academic Health System (AHS) melalui Keputusan Presiden untuk memenuhi kebutuhan dokter dan dokter spesialis di Indonesia yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan kualitas,” terangnya.
Selain itu, poin rekomendasi keempat adalah pembukaan Prodi Kedokteran baik sarjana maupun profesi hanya ditujukan bagi wilayah yang masih membutuhkan di luar Jawa dan Bali. Hal tersebut sebagai upaya pemerataan dokter di Indonesia.
“Lalu, bagi universitas-universitas yang membuka Prodi Kedokteran dengan akreditasi A, dapat menaikkan jumlah mahasiswa 10—20% sehingga harapannya jumlah dokter dapat terpenuhi. Meskipun, mungkin baru lima atau sepuluh tahun lagi baru terasa karena pendidikan dokter kan lama, paling tidak sekitar lima setengah tahun baru bisa jadi dokter. Belum lagi kalau nanti ambil profesi, bisa semakin lama lagi,” imbuhnya.
Tujuan dari pembukaan Prodi Kedokteran hanya bagi wilayah di luar Jawa dan Bali yaitu untuk pemerataan distribusi dokter di Indonesia. Tidak hanya itu, mahasiswa kedokteran yang tengah koas juga memerlukan rumah sakit untuk praktik sehingga bagi rumah sakit-rumah sakit di luar Jawa dan Bali akan turut hidup dengan hadirnya mahasiswa koas.
Prof. Ari Fahrial juga berharap
agar pemerintah segera merealisasikan beasiswa serta insentif bagi mahasiswa
kedokteran, terutama mahasiswa yang sedang menempuh koas dan profesi. Melalui
rekomendasi-rekomendasi tersebut, Ia berharap agar jumlah dokter di Indonesia
dapat tercapai sesuai standar serta distribusinya juga merata ke berbagai
wilayah di Indonesia.