Menjadi Guru yang Dirindukan Umat Sepanjang Hayat
Menjadi Guru yang Dirindukan Umat Sepanjang Hayat
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum (Dosen PBSI FKIP UNS & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa)
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube: M Rohmadi Ratulisa
“Kawan, kalau Anda memilih menjadi guru maka jadilah guru yang dirindukan umat sepanjang hayat atas kebaikanmu, kecerdasanmu, kreativitasmu, inovasimu, kebijaksanaanmu, kesabaranmu, dan keikhlasanmu untuk terus menemani belajar dan membelajarakan peserta didikmu sepanjang waktu”
Guru merupakan profesi yang sangat mulia dunia dan akhirat. Menjadi guru sebagai suatu pilihan hidup. Guru itu digugu dan ditiru oleh peserta didiknya. Oleh karena itu, sosok guru harus benar-benar memiliki komitmen, integritas, kompetensi hardskill, dan softskill yang berimbang untuk menjadi teman, sahabat, Saudara, dan sekaligus fasilitator bagi para peserta didiknya di kelas dan luar kelas. Guru akan terus berkreasi dan berinovasi untuk dapat menyampaikan ilmu dengan gaya, media, model, dan pembeda yang beragam secara terus menerus. Guru harus siap bekerja, berkarya, berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca), berjuang, ikhlas, dan terus mendoakan peserta didiknya dalam segala situasi dan kondisi yang dialami oleh peserta didiknya.
Setiap pagi para guru-guru di Indonesia dengan semangat gegap gempita pergi ke sekolah, meninggalkan keluarga, sanak famili, kesibukan diri, dan separuh waktu digunakan untuk berbagi ilmu di sekolah dari pagi sampai sore hari. Perjuangan ini bukan tanpa alasan, masing-masing guru memiliki alasan untuk menjalankan profesinya, baik yang berstatus PNS, P3K, kontrak sekolah, atau bahkan guru lepas tanpa ikatan kontrak apa pun yang sering saya sebut dengan Pekerja Lillahi Ta’ala (PLT). Semua guru memiliki seribu alasan untuk tetap megabdikan dirinya kepada peserta didik dan NKRI. Semangat juang guru-guru di Indonesia inilah yang harus diapresiasi dan dihargai bahwa perjuangan itu merupakan komitmen dan integritas bahwa guru itu profesi yang sangat mulia sehingga harus diniatkan untuk ibadah agar mendapatkan pahala dunia dan akhirat.
Guru yang dirindukan harus direncanakan sejak awal profesi itu dipilih oleh setiap sarjana atau sekarang yang sudah menjadi guru. Guru yang dirindukan harus memiliki kompetensi hardskill dan softskill yang berimbang. Kompetensi hardskill diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap hamba yang dilahirkan ke dunia, tinggal mau atau tidak untuk memanfaatkan dan memberdayakannya sebagai upaya untuk pengembangan diri dan kemaslahatan umat. Komitmen untuk mengembangkan diri dan terus berinovasi dengan berbagai kreasi tiada henti untuk multigenerasi NKRI berarti telah menguasai dan mengembangkan kompetensi softskill.
Guru yang dirindukan oleh peserta didik harus memiliki pembeda dari guru-guru lain di seluruh wilayah Indonesia. Pembeda ini jelas menunjukkan penguasaan kompetensi hardskill dan softskill sebagai satu pembeda yang harus dimiliki guru abad xxi yakni penguasaan formula 4c, antara lain berpikir kritis (critical thinking, creative thinking, collaborative, communication). Saat guru selalu berpikir kritis dalam segala konteks pembelajaran tentu akan memantik sikap kritis peserta didiknya. Kemudian berpikir kreatif akan selalu membuka ruang untuk selalu berinovasi dan berkreasi dalam pemebelajaran di kelas maupun di luar kelas. Sementara itu, kolaboratif merupakan upaya kebersamaan bersama kolegial untuk dapat mewujudkan visi profesional dalam segala konteks pembelajaan. Kemudian komunikatif merupakan sikap guru yang harus dilatih untuk terus terampil berkomunikasi dengan kolegial dan manajerial sehingga dapat mewujudkan empat kompetensi dasar yang dimiliki selama menjadi guru yang dirindukan oleh peserta didiknya sepanjang waktu, yakni: (1) kompetensi pedagogic, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi kepribadian, dan (4) kompetensi sosial yang harus menjadi pedman sepanjang waktu.
Guru yang dirindukan abad xxi harus menguasai enam literasi dasar sebagaimana kesepakatan forum ekonomi dunia tahun 2015 bahwa multigenerasi abad xxi harus menguasai formula 4c dan enam literasi dasar. Keenam literasi dasar tersebut antara lain: (1) literasi menulis dan membaca yang sering saya gaungkan dengan ayo berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk multigenerasi NKRI, (2) literasi numerik, (3) literasi digital, (4) literasi keuangan, (5) literasi sains, (6) literasi budaya dan kewarganegaraan. Dengan menguasai enam literasi dasar tersebut dan terus berliterasi dengan Ratulisa maka guru-guru cerdas dan luar biasa akan dapat menemani peserta didik dalam belajar dan membelajarkan diri dalam segala konteks pembelajaran. Oleh karena itu, guru-guru harus dapat membiasakan diri untuk terus berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) di istana Arfuzh Ratulisa (istana yang bertahta buku dan bersinggasaa dengan menulis dan membaca) untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat.
“Kawan, teruslah ikut menyinari dunia. Jadilah seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi sepanjang hari, baik tampak, maupun tidak tampak oleh manusia”