MAHASISWA KKNT MBKM UNISRI 2022 (UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA) MELAKUKAN SHARING BERSAMA DI DUSUN BACAK DENGAN MENGUSUNG TEMA “DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN”
MAHASISWA KKNT MBKM UNISRI 2022 (UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA) MELAKUKAN SHARING BERSAMA DI DUSUN BACAK DENGAN MENGUSUNG TEMA “DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN”
ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (Alexainfoterkini.com), foto : istimewa
KARANGANYAR - Uniersitas Slamet Riyadi Surakarta menerjunkan maasiswa dari berbagai program studi untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Pablengan selama 4 bulan mulai dari bulan September sampai Desember. Kegiatan ini merupakan program merdeka belajar MBKM. Salah satu program yang kami usung adalah sharing mengenai diversifikasi pangan untuk mencapai ketahanan pangan. Mahasiswa yang melakukan sharing terdiri dari empat orang diantaranya adalah Kartika Keksi Nirwesthi (Ilmu dan Teknologi Pangan), Rema Aprilian (Ilmu Hukum), Fuji (PGSD), dan Anugrah (PGSD).
Di daerah Karaganyar khususnya Desa Pablengan memiliki potensi alam yang begitu melimpah, hal ini di sampaikan oleh Ibu Kepala Desa Pablengan ibu Dasiyem “Di desa Pablengan sendiri memiliki banyak hasil tani, diantaranya adalah labu kuning, singkong, jamur tiram serta ada juga UMKM dari hasil ternak seperti telur asin”. Melihat banyaknya potensi didalamnya akan tetapi masih ketergantungan akan beras sebagai makanan pokok membuat Kartika Keksi sebagai mahasiswa dari FATIPA UNISRI melakukan sharing persama ibu-ibu PKK desa Bacak.
Sharing yang dilakukan bertema “Diversifikasi Pangan Lokal untuk Mencapai Ketahana Pangan”, yang dilakukan di dusun bacak yang diikuti oleh sekitar 30 ibu-ibu PKK. Sharing ini dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi kepada ibu-ibu sekaligus membantu pemerintah dalam tercapainya salah satu tujuan yaitu ketahanan pangan. Disebutkan dari UU No. 18/2012 tentang Pangan ketahanan pangan merupakan “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Sedangkan diversifikasi pangan ialah suatu cara menganekaragamkan jenis pangan dengan tidak hanya mengonsumsi satu jenis komoditas seperti nasi akan tetapi beberapa komoditas dari bahan lokal seperti ubi jalar, singkong, gembili, talas dan lainnya yang menjadi sumber karbohidrat.
Sharing pengyampaian materi ini menggunakan media brosur yang didesain menggunakan aplikasi canva. Di dalam brosur tersebut memuat berbagai informasi diantaranya adalah tujuan diversifikasi yang salah satunya adalah mengurangi ketergantungan satu jenis pangan, bagaimana mempercepat diversifikasi? yaitu dengan cara sosialisasi yang seperti kami mahasiswa lakukan. Pengenalan salah satu komoditas uggulan jamur tiram, contoh produk diversifikasi pangan, dan manfaat diversifikasi pangan yaitu dapat menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Ibu-ibu PKK terlihat antusias dengan acara tersebut, Kartika mengatakan bahwa dalam diversifikasi pangan sangat menyenangkan dengan cara memvariasikan makanan yang akan kita konsumsi, seperti membuat beras analog dari tepung singkong, membuat biskuit dari tepung ubi, atau kue dari tepung talas.” Sesekali Kartika menanyakan kepada ibu-ibu apakah sudah makan siang dan apa yang dimakan. Sontak ibu-ibu menjawab “Sudah mba, makan seperti biasa nasi dan lauk”. Hal tersebut menandakan bahwa Indonesia masih sangat ketergantungan dengan nasi sebagai karbohidrat utama.
Melalui sharing pengenalan Diversifikasi pangan ini kami Mahasiswa KKNT MBKM UNISRI 2022 Desa Pablengan, diharapkan masyarakat menjadi teredukasi dan termotiasi bahwa potensi lokal memiliki gizi yang lebih lengkap. Dengaan semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah manusia membuat kebutuhan pangan juga meningkat. Hal tersebut bisa jadi akan berdampak pada krisis pangan. Diversifikasi juga dapat menunjang perekonomian warga lokal. Sehingga ketergantungan akan nasi dapat berkurang yang menyebabkan angka impor tinggi. Angka impor akan ditekan karena masyarakat memanfaatkan hasil kebun yang ada untuk dikonsumsi sehari-hari.