Tim PKM-PM UNS Ajarkan Pendidikan Seksual kepada Santri TPA Rusunawa Jurug melalui Media Komik
Tim PKM-PM UNS Ajarkan Pendidikan Seksual kepada Santri TPA Rusunawa Jurug melalui Media Komik
Penulis : ditulis kembali oleh Eko Prasetyo (Alexa.IT.com), Istimewa
SOLO– Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) menciptakan komik untuk diajarkan kepada anak-anak di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Jurug mengenai pendidikan seksual. Tim ini terdiri dari Hasna Azzahra yang berasal dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi, Sekar Nur Hanifah dari Prodi Pendidikan Biologi, Siti Aeniah dari Prodi Pendidikan Biologi, dan Reyhan Fadilla dari Prodi Desain Komunikasi Visual.
Kegiatan ini dilakukan dari Minggu (7/8/2022) hingga akhir Agustus setiap hari Minggu dan Senin di Taman Pendidikan Alquran (TPA) Rusunawa Jurug yang merupakan lembaga pendidikan nonformal. TPA menjadi sasaran kegiatan ini karena diikuti oleh anak-anak usia Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Sekolah Dasar (SD). Hasna berharap agar kegiatan ini dapat mendukung kualitas pendidikan dan literasi.
“Harapan pengabdian ini dapat mendukung peningkatan kualitas di bidang pendidikan dan literasi anak-anak penghuni Rusunawa Jurug,” jelas Hasna , Senin (22/8/2022).
Dalam serial komik yang diberi judul “Si Kome” ini terdapat lima seri tentang pendidikan seksual dengan tema seri 1 yakni “Aku dan Tubuhku”, seri 2 “Fungsi Organ Reproduksi”, seri 3 “Cara Merawat dan Menjaga Tubuh”, seri 4 “Ciri-Ciri Pubertas”, dan seri 5 “Menjaga Pergaulan”. Nama Si Kome dipilih karena diambil dari karakter tokoh utama komik yakni Koko sebagai kakak yang merupakan siswa kelas 4 SD dan Meme sebagai adik yang duduk di bangku kelas 1 SD.
Media komik dipilih karena lebih banyak menyajikan gambar yang memudahkan anak-anak dalam memahami tentang pendidikan seksual. Sajian gambar juga lebih menarik untuk dibaca anak sehingga dapat meningkatkan literasi anak. Hasna menjelaskan bahwa terdapat tantangan yang mereka hadapi dalam menyampaikan materi pendidikan seksual untuk anak usia dini.
“Tentunya banyak tantangan dalam penyampaian materi pendidikan seksual untuk anak usia dini. Namun, dengan adanya media komik ini anak akan lebih mudah menafsirkan dan menggambarkan materi pendidikan seksual. Beberapa anak mulai berpikir kritis terhadap materi komik ataupun hal-hal yang dialaminya menuju masa pubertas. Inilah pentingnya pendampingan dalam pengajaran pendidikan seksual bagi anak-anak. Kami tentunya berharap komik ini dapat dijangkau oleh masyarakat luas, sehingga media ini dapat digunakan sebagai kurikulum dan media dalam pembelajaran seksual untuk anak-anak,” harap Hasna mewakili teman-temannya.