Upaya Mahasiswa UNS Rintis Jare Jamur, Bantu Optimalisasi Produksi Petani Jamur di Desa Jatirejo, Karanganyar
Upaya Mahasiswa UNS Rintis Jare Jamur, Bantu Optimalisasi Produksi Petani Jamur di Desa Jatirejo, Karanganyar
Penulis : ditulis kembali oleh eko prasetyo (alexa.IT.com), caption foto : istimewa.
SOLO – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Fatata A'izza Rosyada merintis usaha Jatirejo Jamur atau yang disingkat dengan Jare Jamur. Usaha ini berawal dari skema bentuk pengabdian masyarakat bidang social entrepreneurship.
“Awal mula merintis bisnis ini berawal dari kegiatan kemahasiswaan yang sering dilakukan Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) FMIPA UNS berupa kegiatan pemberdayaan masyarakat. Waktu itu kita ambil salah satu daerah yakni di Desa Jatirejo, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar. Kami melihat Desa Jatirejo memiliki potensi budidaya jamur yang besar. Bahkan per bulannya bisa menghasilkan 3-5 ton jamur per bulan, baik jamur tiram atau jamur kuping. Namun sayangnya hasil produksi jamur yang dipanen belum bisa dimaksimalkan oleh masyarakat desa. Hal ini karena keterbatasan akses teknologi dan akses pasar. Maka melihat permasalahan tersebut kami berupaya membantu masyarakat Desa Jatirejo dalam meningkatkan pengolahan pasca panen jamur,” jelas Fatata, Kamis (21/7/2022).
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Fatata ini berfokus pada peningkatan nilai ekonomi jamur pasca panen. “Desa Jatirejo memiliki potensi jamur yang melimpah. Ada jamur tiram, jamur kuping, baik yang masih basah atau kering. Banyak pula petani jamur di sana. Kita juga melihat selama pandemi Covid-19 banyak petani jamur di Desa Jatirejo yang penghasilannya menurun. Permintaan pasar terutama pada jamur tiram juga cenderung turun. Melihat hal ini, kita tertarik untuk membantu menyiasati hal tersebut,” ujar Fatata.
Fatata yang juga menjadi semi-finalist di IdeaNation Innovation Competition tahun 2019 menambahkan bahwa selama ia bersama tim berada di Desa Jatirejo, banyak petani jamur yang menjual jamurnya secara mentah. Hal ini mengindikasikan sangat belum termanfaatkan pasca panen jamur dengan baik. Padahal ketika jamur dijual dalam keadaan setengah matang atau matang, bisa awet lebih lama, juga pemasaran pun menjadi lebih luas.
“Kemudian dari sekitar bulan April - Mei kita konsultasi bersama dosen pendamping dan ternyata ada Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D). Selanjutnya kita rancang skema kegiatan yang akan kita bawa ke masyarakat di desa tersebut. Dari hasil survei di lapangan, ternyata memang benar bahwa potensi jamur di Desa Jatirejo sangat melimpah namun untuk pemasaran masih terbatas. Setelah dilakukan survei pula, kita juga berinisiasi untuk mengolah produk jamur menjadi makanan,” terang Fatata.
Adapun Fatata bersama tim juga turut serta memberikan penanganan terhadap limbah baglog jamur supaya tidak mencemari lingkungan. Hal ini dikarenakan limbah baglog jamur hanya dibuang secara sia-sia. Ada pula yang hanya dibakar padahal bisa meningkatkan emisi karbon. Bahkan ada juga yang membuang limbah baglog tersebut secara sembarangan.
Sementara pemilihan nama usaha Jare Jamur yang ia rintis sekitar bulan Juli 2021 ini dipilih dari bahasa Jawa. Yakni pada kata jare yang bermakna "katanya", jadi, "katanya jamur".
“Kita pilih singkatan yang unik agar pas orang baca itu ada proses berpikir dan akhirnya terkenang nama produk tersebut,” imbuh Fatata.
Meski diakui Fatata bahwa secara sekilas produk olahan Jare Jamur ini memiliki kesamaan dengan produk jamur yang lain, namun yang membedakannya adalah produk Jare Jamur telah bekerja sama dengan petani lokal dan ibu-ibu di Desa Jatirejo.
“Produk ini juga punya cita rasa produk yang khas, murah, dan enak serta tentunya awet tanpa bahan pengawet. Dengan membeli produk Jare Jamur, konsumen juga ikut membantu memberdayakan petani dan masyarakat di Desa Jatirejo,” kata Fatata.
Produk Olahan Jare Jamur
Sebagaimana yang diungkapkan Fatata, untuk saat ini produk olahan Jare Jamur terdiri dari makanan siap santap yaitu jamur tiram crispy dan jamur kuping crispy. Selain itu juga ada nugget jamur, serta jamur cireng rujak dalam bentuk frozen.
Sementara produk yang dijual Jare Jamur ini sistemnya Pre Order (PO). Bagi yang tertarik untuk membeli produk dari Jare Jamur bisa ikut open PO atau langsung DM ke akun Instagram @jarejamur. Fatata juga mengungkapkan produk Jare Jamur akan segera dilaunching di e-commerce.
Suka Duka Rintis Jare Jamur
Fatata mengatakan bahwasanya merintis suatu usaha pasti ada suka dan dukanya. Namun, ia selalu menganggap duka yang hadir sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi. Misalnya saja, saat menawarkan idenya ke masyarakat Desa Jatirejo, statusnya yang masih sebagai mahasiswa terkadang kurang dianggap di masyarakat atas apa yang telah disampaikan.
“Namun, kita harus selalu bisa membawa mindset ke masyarakat. Di sisi lain, untuk sukanya sendiri karena kegiatan yang saya lakukan bergerak di masyarakat, kita menjadi memiliki banyak pengalaman. Kita tidak hanya belajar tapi juga mengabdi. Kemudian kalau kita ingin bergerak di bidang sosial entrepreneur, kita harus mempunyai mindset terbuka. Siap menghadapi segala tuntutan secara tepat. Juga mencari solusi yang lebih masuk di masyarakat. Jadi memang harus banyak belajar,” jelas Fatata.
Fatata juga menjelaskan bahwa ketika ingin terjun ke masyarakat, kita harus memahami permasalahan dengan memberikan mereka ruang. Supaya kita menjadi paham akan mengambil solusi seperti apa. Kemudian kita menjadi sadar bahwa chaos teori benar-benar terjadi.
“Chaos teori menjadikan kita paham bahwa sebenarnya banyak keruwetan atau kekacauan di sekitar kita. Tapi sebenarnya kita bisa memahami karakter yang terjadi. Sehingga di masa yang akan datang kita bisa mengkondisikan kekacauan itu, menjadikannya dinamis, juga bisa diprediksi,” tutur Fatata.
Terakhir Fatata pun berpesan untuk terus bergerak, terus evaluasi, serta terus belajar dari siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Ia juga memberikan tips bahwa bagi yang ingin memulai bisnis bidang F&B (Food and Beverages) bisa dimulai dari makanan yang banyak dan biasa dikonsumsi.
“Tetapi tetap touch with unique things, manner, dan hal-hal fisik atau nonfisik yang mungkin belum pernah dirasakan oleh konsumen sebelumnya,” tukas Fatata.