Peneliti dari Prodi Fisika UNS Serahkan Bantuan EWS Tanah Longsor kepada BPBD Karanganyar
Peneliti dari Prodi Fisika UNS Serahkan Bantuan EWS Tanah Longsor kepada BPBD Karanganyar
Penulis : ditulis kembali oleh : eko Prasetyo (alexa.IT.com) caption foto : istimewa
SOLO- Tim peneliti dari Program Studi (Prodi) Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang diketuai oleh Dr. Ahmad Marzuki memberikan tambahan bantuan Early Warning System (EWS) atau Sistem peringatan dini tanah longsor kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar. Penyerahan bantuan EWS tanah longsor dilakukan di Kantor BPBD Kabupaten Karanganyar pada Kamis, (30/6/2022).
Dalam penyerahan bantuan EWS tanah longsor tersebut dihadiri oleh Dekan FMIPA UNS, Drs. Harjana, M.Si., M.Sc., Ph.D., Sekretaris Daerah Kabupaten Karanganyar, Drs. Sutarno, M.Si., Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Karanganyar, Bagoes Darmadi serta sejumlah camat dan kepada desa di lingkungan Kabupaten Karanganyar.
Dr. Ahmad Marzuki yang juga anggota tim Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS mengatakan, sensor tanah longsor yang dikembangkannya bersama tim adalah jenis sensor pergerakan tanah yang memanfaatkan sifat gerakan tanah yang diamati lewat perubahan lebar retakan dinding dan rekahan. Berkat dukungan dana penelitian dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (sekarang Kemendikbudristek) dalam KRUPT, pada tahun 2019 UNS telah menghasilkan 100 unit sensor longsor indoor untuk 11 desa di enam kecamatan rawan longsor yang ada di Kabupaten Karanganyar.
“Alat ini ditempelkan di dinding yang mengalami retakan (retak karena pergerakan tanah). Bila tanah bergerak maka retakan akan melebar dan sensor akan memberikan warning ke penghuni rumah,” terang Dr. Ahmad Marzuki.
Sedangkan sensor longsor yang diserahterimakan pada Kamis (30/6/2022) oleh UNS ke BPBD Kabupaten Karanganyar adalah sensor longsor outdoor. Sensor ini akan membunyikan alarm ketika tanah mengalami pergeseran. Berbeda dengan sensor indoor, sensor outdoor dipasang untuk lingkup luasan tanah bergerak yang lebih besar. Jumlah sensor outdoor yang diserahkan berjumlah 11 unit dan tersebar di 5 wilayah kecamatan dan 7 desa.
Mengingat luasnya daerah rawan longsor di wilayah Kabupaten Karanganyar, jumlah unit sensor longsor yang telah terpasang tersebut masih sangat kurang. Terhadap sensor yang telah terpasang, masyarakat diharapkan untuk bisa memelihara. Dr. Ahmad Marzuki menyampaikan bahwa tim di laboratoriumnya akan terus berusaha untuk menggali peluang-peluang sumber dana baik untuk pemeliharaan maupun pemasangan baru dengan inovasi teknologi yang lebih baru.
“Semoga EWS ini tetap bekerja dengan baik namun doa kami adalah semoga bencana longsor tidak akan terjadi. Terima kasih Kalakhar BPBD Kabupaten Karanganyar atas support yang luar biasanya sehingga misi kami untuk pembuatan, penginstalan dan sedikit pemeliharaan sensor longsor di wilayah ini dapat berjalan dengan sangat baik,” imbuh Dr. Ahmad Marzuki.
Sedangkan Dekan FMIPA UNS, Drs. Harjana, M.Si., M.Sc., Ph.D. mengatakan bahwa bantuan yang diberikan merupakan bentuk tanggungjawab para peneliti yang telah menerima dana penelitian. Wilayah rawan longsor di Karanganyar sengaja dipilih untuk menyalurkan bantuan tersebut karena dekat dengan UNS.
“Kita ingin memberikan manfaat kepada wilayah di sekitar UNS terlebih dahulu, seperti di Karanganyar. Kalau dirasa sudah cukup, baru ke luar,” ujar Harjana.
Sekretaris Daerah Kabupaten Karanganyar, Drs. Sutarno, M.Si. mengucapkan terima kasih kepada UNS yang telah memberikan bantuan berupa EWS tanah longsor. “Selama ini Pemerintah Kabupaten Karanganyar telah bersinergi dengan hampir semua fakultas yang ada di UNS. Kami mengucapkan terima kasih sudah diberi bantuan alat EWS. Tahun 2019 lalu 100 unit, sekarang 11 unit. Semoga alat ini bermanfaat karena datangnya bencana tidak dapat diprediksi mengingat secara geografis terdapat beberapa kecamatan di Karanganyar yang rawan longsor. Dan semoga alat ini juga dipelihara dengan baik,” ujar Sutarno.