Dosen FMIPA UNS Manfaatkan Zeolit Alam Klaten sebagai Agen Slow Release Pupuk Petani
Dosen FMIPA UNS Manfaatkan Zeolit Alam Klaten sebagai Agen Slow Release Pupuk Petani
Penulis : Eko Prasetyo (alexa.IT.com) caption foto : istimewa
SOLO-Dosen Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tergabung dalam Riset Grup Material Anorganik mengadakan pengabdian masyarakat. Kegiatan ini berupa pemanfaatan zeolit alam Klaten sebagai agen slow release pupuk petani. Pengabdian masyarakat ini berlangsung pada akhir Juni 2022 di Dusun Bulu, Desa Salam, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Tim pengabdian masyarakat ini terdiri dari Prof. Sentot Budi Rahardjo, Prof. Dr. Sayekti Wahyuningsih, Dr. rer. nat. Witri Wahyu Lestari, Teguh Endah Saraswati Ph.D., Dr. Edi Pramono, dan Dr. Dian Maruto Widjonarko. Mitra dalam kegiatan ini yaitu Kelompok Tani Ngudi Rejeki Dusun Bulu, Kabupaten Karanganyar. Tim riset grup juga menghadirkan narasumber yang merupakan ahli ilmu tanah dan slow release pupuk menggunakan zeolit, yaitu Dr. Rahayu dari Fakultas Pertanian (FP) UNS.
Saat diwawancarai pada Selasa (5/7/2022), Prof. Sentot Budi Rahardjo menuturkan bahwa sebelum implementasi, telah dilakukan penelitian di laboratorium kimia anorganik dan laboratorium pertanian.
“Kami memodifikasi pupuk NPK dan zeolit alam menjadi jenis pupuk granular Smart Granule Fertilzer (SGF) dan pupuk komposit Smart Composite Fertilizer (SCF) dan telah diujicobakan pada tanaman sawi. Hasilnya, modifikasi pupuk ini mempunyai efek yang sangat bagus terhadap pertumbuhan tanaman sawi dibandingkan dengan pupuk tanpa modifikasi dan tentunya lebih hemat,” jelasnya.
Selain itu, tim riset grup juga memberikan bantuan pupuk SGF dan SCF hasil modifikasi dengan zeolit dan pupuk komersial yang dibuat mahasiswa sebagai tim pengabdian ini dan bagian dari kegiatan Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) UNS. Para petani mendapat banyak penyuluhan dan ilmu terkait pemanfaatan zeolit sebagai campuran pemakaian pupuk.
“Dengan adanya zeolit, pupuk akan dilepaskan ke target tanaman secara perlahan-lahan sesuai kebutuhannya. Dalam proses ini metode slow release akan mampu memberikan nutrisi pada tanaman sesuai porsinya, dan mempertahankan sebagian unsur hara lainnya sehingga kondisi tanah akan lebih baik dalam jangka yang lebih lama. Selain itu, zeolit mampu mengikat unsur yang dibutuhkan pada tanaman lebih lama di dalam tanah karena tidak mengalami leaching ketika terkena aliran air,” imbuh Prof. Sentot.
Ia menambahkan bahwa material zeolit cukup melimpah di Indonesia dan harganya murah. Zeolit merupakan material alumino silikat yang memiliki rongga dan mampu menyerap unsur-unsur kimia tertentu, termasuk unsur hara pada tanah. Saat ini zeolit telah banyak dimanfaatkan pada penerapan bau hewan peliharaan seperti kucing, tetapi masih sedikit pemanfaatnya dalam bidang pertanian. Hal tersebut yang melatarbelakangi tim Pengabdian Material Anorganik mengembangkan teknologi zeolit sebagai media pupuk slow release.
Dr. Rahayu juga menyampaikan bahwa penambahan zeolit mampu menghemat pupuk minimal sebesar 25%. Kementerian Pertanian juga telah merekomendasikan pemanfaatan zeolit ini sebagai pembenah tanah sehingga sirkulasi nutrisi yang dibutuhkan tanah sebelum masa tanam bisa dikembalikan setelah banyak diserap oleh tanaman hingga masa panen.
Prof. Sentot berharap agar kegiatan ini mampu memberikan masukan bagi petani dalam proses pemupukan tanah serta mampu mempertahankan kesuburan tanah pertanian untuk jangka panjangnya.