Pesona Telaga Sarangan Di Balik Gunung Lawu
Penulis : Eko Prasetyo (Alexa IT.com)
Caption foto : Pesona alam Sarangan (ft. Eko Prasetyo)
MAGETAN - Wisata telaga Sarangan
tidaklah jauh dari kota Solo, hanya berjarak sekitar 50 km. Telaga Sarangan
merupakan sebuah telaga alami di ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut.
Lokasinya berada dibalik sekaligus lereng timur gunung Lawu, tepatnya berada di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Berada di lereng gunung, udaranya sejuk-sejuk dingin, sekitar 15 derajat celsius. Telaga Sarangan memiliki luas sekitar 30 hektare dengan kedalaman mencapai 30 meter. Air telaganya jernih sehingga memantulkan bayang-bayang gunung Lawu. Bahkan memberi posana alami dibalik gunung Lawu.
Bagi wisatawan ingin masuk area telaga cukup membayar tiket masuk Rp. 20.000,- per orang dewasa, sedang Rp. 10.000,- per orang anak-anak. Bagi yang mau membawa mobil Rp. 5.000,- dan sepeda motor Rp 2.500,- dan bisa parkir di pinggiran telaga. Sekitar telaga, banyak terdapat penginapan berupa hotel dan losmen, juga banyak rumah makan
maupun warung makan.
Makanan yang ditemui lebih banyak bernuansa khas
setempat, seperti pecel Madiun, sate kelinci, makanan ringan Jangkring Bakar,
Sarang Madu dan sebagainya.
“Tarif hotel di kawasan telaga tidak mahal, dan cukup bervariasi. Mulai
seharga Rp. 100.000,- permalam hingga Rp. 500.000,- per malam. Sudah termasuk
fasilitas air panas. Makanan juga tidak mahal,” ujar Santoso, wisatawan
asal Solo.
Telaga Sarangan dihiasi pemandangan alam
pengunungan. Pemandangan bertambah menakjubkan, karena sebentar-sebentar turun
kabut.
Pesona telaga Sarangan juga bertambah menarik bagi
wisatawan. Karena di kawasan itu, wisatawan bisa keliling berjalan kaki atau berlari-lari santai, sambil menikmati pesona pemandangan alam, cukup menyehatan. Karena jarak keliling telada sekitar empat kilometer. Bahkan sambil menikmati spead boat dan berkuda mengelilingi telaga, atau berkendaran bermotor
apalagi jalanan keliling telaga sudah beraspal. “Naik boat cukup bayar Rp. 60.000,- sekali
keliling telaga. Kalau naik kuda memutar telaga cukup Rp. 60.000,-,” ujar Defi,
pengunjung asal Solobaru.
Namun bila ingin berjalan kaki sekalian berolah
raga mengelilingi telaga, selain bisa menikmati pesona pemandangan alam,
sehingga cukup menyehatkan. Jarak keliling telaga sekitar empat kilometer.
Setiap tahun di telaga Sarangan selalu
diselenggarakan upacara bersih desa dan labuh sesaji. Upacara tersebut menurut
Samijo, penduduk setempat, sebagai wujud syukur atas rejeki yang Tuhan berikan.
“Termasuk acara tolak bala sekaligus peringatan
terbentuknya telaga Sarangan,” ujar Samijo, penduduk setempat.
Sesaji yang dilabuhkan, menurut Samijo,
diselenggarakan setiap bulan Ruwah (jawa), dimodifikasi menjadi tumpeng raksasa. Sesaji
dibacakan ditempat punden desa atau di pohon besar. Pohon itu berada di timur
telaga dan diyakini lokasi tempat menghilangnya Kyai dan Nyai Pasir secara
misterius.
“Kyai dan Nyai Pasir diyakini sebagai leluhur cikal bakal terbentuknya telaga Sarangan,” ujarnya.
Usai dilakukan upacara ritual pembacaan doa,
sesaji berupa tumpeng besar, sesajipun kemudian dilarungkan di tengah telaga
Sarangan. Pada saat kegiatan larung, suasana telaga Sarangan ramai dikunjungi wisatawan diluar Sarangan maupun penduduk setempat.Wisatawan yang datang dari luar Sarangan, berasal dari beberapa kota seperti Surabaya, Semarang, Solo, Malang dan sebagainya..