INOVASI TEKNOLOGI GASIFIKASI CANGKANG SAWIT UNTUK PEMANASAN AGREGAT PADA PROSES PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL PANAS
INOVASI TEKNOLOGI GASIFIKASI CANGKANG SAWIT UNTUK PEMANASAN AGREGAT, PADA PROSES PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL PANAS
penulis : ditulis kembali oleh eko prasetyo (alexa.IT.com), caption foto: istimewa
SOLO - Percepatan program pembangunan infrastruktur jalan raya sebagai salah satu faktor penting pendukung pertumbuhan ekonomi berdampak langsung pada peningkatan permintaan campuran beraspal panas (hot-mixed asphalt) sebagai salah satu komponen utama konstruksi jalan raya digarap oleh kolaborasi peneliti LPPM UNS penerima dana Grant Riset Sawit (GRS K18.2) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yaitu Dr. Sunu H Pranolo (Teknik Kimia), Dr. Joko Waluyo (Teknik Kimia), Ir. Ary Setyawan, Ph.D. (Teknik Sipil), dan Dr. Prabang Setyono (Ilmu Lingkungan).
Ir. Ary Setyawan, Ph.D. (Teknik Sipil) kepada Eko Prasetyo wartawan Alexainfoterkini.com, Sabtu (28/5) mengemukakan, produksi campuran beraspal panas di suatu industri Asphalt Mixing Plant (AMP) memerlukan energi untuk pemanasan agregat dan aspal sebelum proses pencampuran. Sesuai Surat Edaran Dirjen Binamarga Kementerian PUPR No. 10/SE/M/2011, pemenuhan energi tersebut harus dipasok oleh panas hasil pembakaran BBM (solar), gas alam atau gas hasil gasifikasi batubara.
"Di sisi lain, Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menetapkan peningkatan peran energi baru dan terbarukan pada total konsumsi energi nasional," ungkap Ary.
"Pemanfaatan cangkang sawit selain karena nilai kalor pembakarannya relatif tinggi (17 – 19 MJ/kg) dibanding biomassa lain, ketersediaannya juga cukup melimpah terutama di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan tempat pembangunan infrastruktur jalan raya dikembangkan secara masif. Produksi satu ton campuran beraspal panas memerlukan sekitar 30 – 40 kg cangkang sawit," ungkap Ary.