Pasar Triwindu Punya Cerita
Pasar Triwindu terletak di tengah Kota Surakarta, Jawa Tengah tepatnya berada di Jalan Diponegoro, Kecamatan Banjarsari. Pasar Triwindu dikenal sebagai pusatnya barang antik dan klitikan di Kota Surakarta yang buka setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Para pengunjung yang datang ke Pasar Triwindu tidak hanya sebagai pembeli melainkan menjual barang antik maupun barang bekas atau hanya sekadar melihat-lihat. Kondisi pasar saat ini terlihat sepi pengunjung akibat pandemi Covid-19. Pasar Triwindu hanya menjual barang-barang antik karena tanah yang digunakan merupakan hadiah dari keraton.
Salah satu anggota Paguyuban pedagang Pasar
Triwindu, Hamid mengungkapkan, awal mula
berdirinya Pasar Triwindu pada tahun 1939 sebelum kemerdekaaan oleh Raja Pura
Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara VII, yang membangun pasar sebagai kado ulang
tahun ke-24 Gusti Putri Mangkunegara VII, bernama Noeroel Kamaril,. “Istilah Triwindu
berasal dari bahasa Jawa “Tri” yang berarti tiga dan “windu” yang berarti
delapan.,”
tegas Hamid pada Putrid Risma saat bertemu di Pasar Triwindu, Senin (14/3), Kemudian dikalikan tiga untuk
mendapatkan angka 24 yang merupakan singkatan dari tiga kali delapan. “Pasar
Triwindu sebelum dipugar sempat berganti nama menjadi Windu Jenar, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, karena masyarakat
merasa bingung dengan nama yang baru. Pada akhirnya nama pasar dialihkan
kembali menjadi Triwindu”, ujar Hamid. Pasar ini dipugar pada tahun 2008 dan
diganti dengan arsitektur budaya Surakarta.
Sebelum dipugar kondisi pedagang Pasar Triwindu
hanya mengandalkan tikar sebagai alasnya dan kayu sebagai penyangga seng untuk
atapnya. “Berbeda dengan kondisi saat itu, kini Pasar Triwindu memiliki dua
lantai yang terdiri dari 269 kios dengan pedagang mayoritas menjual barang
antik”, ujar Widyo Susanto. Pasar Triwindu berbeda dengan pasar lainnya, yang
membedakan ialah pasar ini memiliki ciri khas yang hanya menjual barang antik
yang mengandung seni atau barang bekas. Namun ada beberapa kios yang
menyediakan jasa seperti bengkel, perbaikan alat elektronik, dan barang alat
(timbangan, lampu hias, dan sebagainya).
Pasar Triwindu tidak hanya dikunjungi oleh
masyarakat setempat melainkan wisatawan mancanegara, karena sudah menjadi rute
pasar internasional. Namun saat pendemi melanda kondisi pasar menjadi sepi
pengunjung dan untuk para turis akses masuk pasar terhambat. Tidak hanya itu
dampak bagi pedagang pemasukan menurun drastis. Salah satu pedagang di Pasar
Triwindu yang sudah berjualan selama 20 tahun mengaku terkena dampaknya,
dikarenakan keuntungan yang didapat dari menjual barang antik atau barang bekas
tidak menentu tergantung banyaknya barang yang terjual, untuk masalah
keuntungan relatif menyesuaikan barang karena yang dibeli barang bekas, barang
antik, jadi harga yang diterapkan relatif murah atau mahal sesuai kondisi
barang apakah memiliki nilai estetis atau tidak.